Menurut catatan sejarah Alfrits, gedung Gereja Sion dibangun di atas tanah seluas sekitar 6.725 meter persegi.
Seluruh bangunan dibuat dari batu bata, dengan kerangka kayu ebonit balok-balok besar. Lantai bangunan pun dibangun menggunakan batu andesit yaitu batu vulkanis yang didatangkan langsung dari India.
Ia mengatakan, bagian atap gedung ini sempat diubah pada 1920. Namun, setelahnya, bangunan gereja tidak ada perubahan lagi dan masih asli sampai saat ini.
Bahkan, jika menengok ke bagian samping gereja, terdapat sebuah lonceng yang terbuat dari besi tuang. Lonceng tersebut masih asli sejak abad ke-17 zaman VOC, tepatnya tahun 1675.
Bila dilihat dari dekat, di permukaan lonceng terdapat tulisan timbul dengan bahasa latin, bertulisakan: "Sali Deo Gloria", yang berarti "Kemuliaan untuk Tuhan".
Baca juga:
Tidak hanya itu, di bagian dalam gereja terdapat lampu gantung dengan hiasan lambang asli Kota Batavia.
Lambang tersebut dibuat dari logam kuningan pada tahun 1697, disumbangkan oleh putri Otto Frans Nicolas bernama Cristina Elysabet.
Jika tertarik mempelajari lebih lanjut seputar sejarah Gereja Sion, gereja ini tidak hanya bisa dikunjungi oleh umat Kristen Protestan yang hendak beribadah.
Wisatawan yang tertarik untuk berwisata sejarah bisa mendatangi Gereja Sion, mengingat gereja ini termasuk bangunan cagar budaya.
Gereja Sion berlokasi di Jalan Pengeran Jayakarta Nomor 1, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.