Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Danusura Mengamuk di Badung

Kompas.com - 03/11/2014, 14:19 WIB
DENPASAR, KOMPAS.com - Ratusan orang terlihat memenuhi sisi luar (jaba sisi) Pura Lingga Bhuwana di Pusat Pemerintahan (Puspem) Badung, Bali, sejak siang hari. Keramaian tersebut disebabkan akan digelarnya lomba tabuh baleganjur antar SMP dan SMA se-Kabupaten Badung dalam rangka festival seni dan budaya menyambut Hut ke-VIII Mangupura 2014.

Seorang peserta dari SMPN 2 Mengwi Ni Made Ayu Dwi Sattvitri saat ditemui Tribun Bali mengaku sangat semangat mengikuti perlombaan tersebut. "Semangat, karena saya senang dengan tabuh," ujarnya yang saat itu mengenakan pakaian adat Bali bermotif merah.

Gadis yang memegang gambelan riong ini menerangkan, lomba Baleganjur tahun 2014 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Badung tersebut, merupakan ketiga kalinya ikut ambil bagian. "Sebelumnya saya pernah ikut dua kali gong kebyar dan sekali baleganjur ini," kata dara yang akrab dipanggil Rai ini.

Sementara untuk SMPN 2 Mengwi pada perlombaan ini, membawakan lakon yang berjudul Bomanjaya. Kisah tersebut menceritakan putra dari Dewa Wisnu dengan Dewi Pertiwi yang bernama Boma. Dan memiliki sifat ksatria serta berpengetahuan tinggi. Sang Boma mendapatkan pengasuhan dari Dewa Brahma, sehingga mendapatkan pengetahuan suci dan ajaran tentang kewajiban seorang satria. Selain itu Boma juga mendapatkan kendaraan suci yang bernama Wilmana.

Sementara itu, ada sesosok raja raksasa yang bernama Danusura yang tinggal di Kerajaan Prajatasena. Raja Danusura memerintah dengan semena-mena terhadap rakyatnya sehingga menimbulkan kesengsaraan. Selanjutnya Boma dengan kendaraannya, Wilmana, menuju ke Kerajaan Prajatasena untuk mengalahkan Raja Danusura dan menegakkan dharma (kebenaran).

Pertempuran pun terjadi antara Boma dan Raja Danusura dengan sangat hebat, akhirnya Raja Danusura berhasil ditaklukkan oleh senjata Boma yang dilemparkan dari atas Wilmana. Dalam lomba tersebut, diikuti 17 peserta dari beberapa sekolah di Badung. Serta satu peserta dari Denpasar.

Dalam perlombaan ini, juri melakukan dua penilaian, penilaian tabuh dan penilaian tari baleganjur. Dalam tabuh juri menilai ide, teknik tabuh, komposisi, keserasian, hingga penampilan. Untuk penilaian tari baleganjur adalah, ide, teknik tari, keserasian, greget penampilan. Masing-masing peserta mendapatkan waktu sekitar 20 menit di atas panggung. Dalam lima menit pertama memperlihatkan atraksi tabuh, setelah bendera hijau dikibarkan oleh panitia, peserta langsung mempertunjukkan kreasi tariannya yang diiringi oleh gambelan baleganjur.

Ketua Panitia Festival Budaya dan Seni Pemkab Badung 2014, Ida Bagus Anom Basma mengatakan lomba tersebut adalah yang keenam kalinya digelar sejak tahun 2008. "Perlombaan ini sebagai bentuk menampung kreatifitas serta hasrat menggebu dari generasi muda," katanya.

Kepala Dinas Kebudayaan Pemkab Badung itu juga menerangkan dengan adanya lomba ini, sedikit banyak menunjukkan bahwa kegiatan seni dan budaya masih tetap eksis di kalangan anak muda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com