"Jangan" dalam bahasa Indonesia artinya adalah sayur. Bentuknya seperti sop, namun kuahnya pedas dan asam. Isinya adalah potongan besar ayam kampung yang rasanya gurih dan nikmat. Bu Erni (55) pemilik kedai mengatakan ia sengaja memilih menggunakan ayam kampung karena dagingnya lebih gurih dibandingkan ayam potong.
"Rasanya lebih keset. Kalau ayam potong kan lemaknya itu banyak yang nggak suka karena daging ayamnya kan nggak usah digoreng langsung dimasukkan ke kuah setelah dicuci bersih dan dipotong potong," jelasnya.
Rasa asam yang dihasilkan dari kuah bening tersebut berasal dari potongan belimbing sayur. Istimewanya juga di tambahkan dengan daun wadung yang mempunya rasa asam, "Daun ditambahkan agar rasanya tambah segar. Belimbingnya saya ambil di halaman warung. Jadi masih segar," tambahnya.
Jika anda memesan satu porsi, anda lengkap mendapatkan semangkuk Jangan Uyah Asem, sambal mentah yang rasanya pedas dan juga beberapa potong tempe. "Tempenya berbeda dengan yang lainnya karena dibuat dengan bungkus daun pisang. Tempenya buatan tetangga sini," katanya.
Untuk nasi jangan khawatir, karena anda bebas mengambilnya sendiri bahkan bisa tambah tanpa perlu membayar lebih. Bu Erni mengaku memilih menu Jangan Uyah Asem karena menu rumahan tersebut jarang dijual di warung. "Kalau ada keluarga yang datang dari luar kota selalu minta dimasaki menu ini," katanya.
Ia mengaku pelanggannya cukup banyak terutama mereka yang tinggal di luar kota. Namun tidak sedikit wisatawan yang menuju ke Gunung Ijen mampir ke warungnya. "Kebetulan di sini kan jalur menuju Gunung Ijen jadi banyak yang mampir ke sini," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.