Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuliner Indonesia Dijajah di Negeri Sendiri?

Kompas.com - 15/08/2016, 16:43 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Cintai produk dalam negeri beberapa tahun belakangan marak dikampanyekan oleh pemerintah bagi masyarakat Indonesia. Salah satu produk dalam negeri juga bentuk budaya suatu bangsa adalah masakan. Namun apa benar jika warga Indonesia sudah sepenuhnya cinta akan kuliner di negerinya sendiri? 

"Persoalannya bukan pada rasa, tetapi persoalannya kita tak pernah merayakan masakan Indonesia itu apa. Kita kebanyakan tidak kenal dan akhirnya kalah dalam perayaan kuliner," kata Sejarawan JJ Rizal dalam acara peluncuran kembali buku "Mustika Rasa", di Kedai Tjikini, Jakarta, Minggu (14/8/2016).

(BACA: Mustika Rasa, "Kitab" Kuliner Indonesia Warisan Soekarno Terbit Kembali)

JJ Rizal menjelaskan jika saat ini masyarakat Indonesia hanya menjadi konsumen yang menerima secara mentah kuliner negara lain. "Kalau ke jalan restoran Padang mulai disaingi restoran Korea. Ini bukan soal rasa, tetapi jadi soal kalau kita tak bisa menolak dan menjadikan bagian dari makanan kita di masa lalu," kata JJ Rizal.

Ia memberi contoh perbedaan dengan masyarakat Indonesia zaman lampau yang justru dapat menerima kebudayaan bangsa lain yang masuk, tetapi dapat memodifikasinya kembali. Misalnya saja kue poffertjes jadi kue cubit, selat solo, cap cay, dan makanan lainnya.  

"Ironinya kita pernah punya kepala negara dan pendiri Indonesia (Ir Soekarno) yang berusaha mendekonstruksi kita, membuat buku untuk mendefinisikan kuliner Indonesia. Itu adalah salah satu politik dalam berkebudayaan. Makanan adalah unsur yang penting dalam kepbribadian bangsa, wajah muka Indonesia," katanya.

KOMPAS/PINGKAN ELITA DUNDU Nasi Jamblang
Perlu diketahui Soekarno pada tahun 1967 menerbitkan buku "Mustika Rasa" yang merupakan dokumentasi kuliner Indonesi saat itu. Buku tersebut tercatat sebagai satu-satunya buku dokumentasi kuliner Indonesia yang dibuat secara resmi oleh negara sampai saat ini. 

"Syukurlah banyak yang merayakan kuliner saat ini, tetapi hanya rasanya saja. Tak ada buku besar sebagai contoh dan panutan. Ayo dong negara urus makanan karena kemerdekaan itu urusannya sandang, pangan, papan. Dulu negara menjadikan makanan sebagai sesuatu yang serius, dan makanan dijadikan tulang punggung," kata JJ Rizal.

Selain itu ia juga menggangap dokumentasi kuliner penting sebagai 'alat tempur' untuk menggempur datangnya berbagai kebudayaan khususnya kuliner dari negara lain. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Travel Update
Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Travel Update
Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Travel Tips
BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com