Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jantung" Kehidupan Orang Sumba

Kompas.com - 30/05/2011, 14:21 WIB

Oleh: Kornelis Kewa Ama

Kampung adat di Sumba diyakini sebagai kampung para leluhur. Kampung ini memiliki kekuatan supernatural. Segala kegiatan yang melibatkan warga berawal dari rumah kepala kampung yang disebut rumah rato yang terletak di tengah kampung. Rumah adat itu ibarat ”jantung” kehidupan warga Sumba.

Di tengah dan pinggir kampung terdapat kubur batu megalitik. Batu-batu untuk penguburan leluhur ini diambil dari batu alam asli. Batu-batu itu berbentuk ceper tak beraturan, berlumut dan kehitaman. Di atas batu tersebut diletakkan sirih, kapur, dan pinang untuk leluhur. Batu-batu ini adalah kuburan leluhur yang meninggal ratusan tahun silam.

Tidak semua orang boleh menginjakkan kaki atau berada di atas batu-batu ceper yang berukuran sedang di tengah kampung ini. Para tamu pun tidak boleh sembarangan mengambil gambar di lokasi tersebut.

Setiap tamu wajib memberi upeti (uang) kepada rato. Uang diletakkan di dalam tempat khusus sirih pinang. Jumlah uang tergantung tamu. Setelah itu, tamu boleh berbicara dengan rato, didampingi istri rato dan sesepuh adat kampung.

Kepala Kampung juga ketua adat disebut Rato Nale (Nyale). Rato artinya raja (penguasa), nale (nyale) artinya cacing (ikan) laut. Rato Nale dari Kampung Bukabhani, Kecamatan Kodi, Sumba, bernama Nggeru Ndongu (78).

Rumah sakral

Ditemui di kampung adat Bukabhani, Senin (28/2/2011), Ndongu mengatakan, kampung adat adalah tempat tinggal para leluhur. Kehadiran mereka ditandai dengan batu ceper asli (alamiah) menyerupai meja, dengan penopang tiga tiang batu atau gundukan batu lain.

”Di dalam tanah, persis di bawah meja batu ini, terdapat tulang belulang berusia ratusan tahun. Tidak hanya itu, hampir seluruh bagian bawah tanah di kampung yang berukuran 100 meter x 200 meter ini terdapat tulang manusia. Tempat ini sangat keramat,” kata Ndongu.

Semua jenis tumbuhan dalam kampung diyakini memiliki kemampuan menyembuhkan. Jika ada warga kampung sakit, terluka saat upacara pasola di lapangan, digosok dengan serat batang tumbuhan atau daun itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com