Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berekreasi di Tepi Kolam Camplong

Kompas.com - 14/10/2014, 16:14 WIB
KESEJUKANNYA terasa sempurna. Berbagai jenis pohon endemik—sebagian berusia sangat tua—tumbuh bercabang banyak dan berdaun lebat, merimbuni kawasan. Di sekitar pangkal pohon berkaki kokoh, tak lelah mengalir air bening berdebit tinggi. Senyawa penting bagi semua bentuk kehidupan itu sebelum mengalir ke hilir menggenangi kolam bermanfaat ganda, termasuk rekreasi untuk mandi-mandi.

Gambaran itu adalah potret kawasan Camplong, sekitar 48 kilometer sebelah timur Kota Kupang di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Secara administratif, tempat rekreasi itu termasuk ke wilayah Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang.

Sumber air yang muncul melalui celah karang itu sebenarnya dikenal bernama Oenaik oleh masyarakat setempat. Kata oenaik berasal dari bahasa Dawan yang berarti ’air besar’. Namun, sebutan oenaik lambat laun mengerdil oleh kawasan besarnya, Camplong.

Camplong selalu menjadi salah satu tempat rekreasi pilihan warga Kota Kupang dan sekitarnya, terutama Minggu atau hari libur lainnya. Minggu (14/9/2014), misalnya, sekitar 200 warga Kota Kupang dan sekitarnya menikmati kesejukan Camplong. Di antaranya termasuk 50-an pengunjung yang bergabung dalam kelompok arisan Cinta Damai pimpinan Ny Elisabeth Rengka.

”Nilai arisannya tak seberapa, tetapi lebih menjadi ajang saling berkunjung dalam semangat kekeluargaan. Pilihan lokasinya, selain dari rumah ke rumah, juga sejumlah tempat rekreasi, termasuk Camplong. Lokasinya menyejukkan,” tutur Elisabeth Rengka, istri Wakil Wali Kota Kupang Hermanus Man.

”Kami berarisan sekaligus refreshing menghalau rasa gerah,” ujar Dianto Wijaya, anggota arisan Cinta Damai, ketika berkumpul dengan puluhan rekan kelompoknya di tepi kolam Camplong, Minggu siang.

Kawasan Camplong, termasuk di sekitar sumber air atau kolam Oenaik, hingga kini masih dipadati berbagai jenis pohon endemik Timor. Di antaranya pohon jambu air atau oben (Eugenia aquaea), ara atau bubuk (Ficus glomerata), pulai atau taduk (Alstonia scholaris), kapuk hutan (Bombax malabarica), feu (Garuga floribunda), kopi hutan (Plectronia sp), bijabnana (Gastonia sp), dan kanunak (Lindera sp). Jenis lainnya lontar (Borassus flabellifer), gewang (Corypha gebanga), hue (Eucalyptus alba), asam (Tamarindus indica), kesambi (Schleichera oleosa), dan kenanga (Cananga odorata). Juga terdapat vegetasi tanaman dominan, seperti jati (Tectona grandis), johar (Cassia siamea), dan flamboyan, hasil reboisasi 1980-an.

Selain itu, kawasan Camplong dan sekitarnya sejauh ini merupakan habitat sejumlah satwa liar, seperti kera ekor panjang (Macaca fascicularis), biawak timor, ular sanca timor (Python timorensis), dan kakaktua putih kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea). Jenis lainnya sirgunting (Dicrurits leucopatus), raja udang (Alcedo othis), kuskus (Phalanger orientalis), punglor atau anis timor (Zoothera perniil), dan kupu-kupu raja plato (Troides plato).

Kawasan itu beserta keberadaan flora dan faunanya hingga kini relatif terjaga karena termasuk dalam kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Camplong dengan areal dukungan seluas 696.60 hektar. Menurut buku Informasi Kawasan Konservasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam NTT (2010), jasa TWA Camplong, selain sumber air Oenaik, juga ”melahirkan” 10 sumber air lainnya berdebit lebih kecil.

”Kawasan Camplong sebenarnya tidak hanya mengandalkan sumber air Oenaik beserta kolamnya. Camplong layak dijual menjadi obyek wisata alam dan lingkungan,” tutur Anis Herat, pengunjung tempat rekreasi itu.

Sampah

Pernyataan Anis itu bukan tanpa alasan. Di TWA tersebut juga terdapat sejumlah goa alam dalam cadas karang. Tipe vegetasi hutan yang relatif utuh didukung udara sejuk menjadikan kawasan itu cocok untuk kegiatan lintas alam, penjelajahan hutan, atau kegiatan berkemah.

Sayangnya, kemolekan Camplong, terutama tempat rekreasi sekitar sumber air atau kolam, ternoda sampah yang berserakan. Sampah bawaan pengunjung antara lain berupa bekas kemasan minuman dan makanan.

Sebenarnya, ada sejumlah pengunjung yang berniat tidak membuang sampah di sembarang tempat. Namun, niat itu sulit dipenuhi karena di sekitar sumber air atau kolam tidak terlihat tempat sampah. Akibatnya, berbagai jenis sampah bawaan pengunjung terpaksa ditinggalkan begitu saja.

”Camplong itu tempat rekreasi menarik dan bisa mendatangkan penghasilan bagi daerah jika dikelola serius dan profesional. Faktanya, tempat rekreasi ini terabaikan, tak terurus bagaimana semestinya,” keluh seorang pengunjung. Padahal, tempat rekreasi ini tidak gratis. Karcis masuk Rp 1.500 per orang bagi pengunjung dewasa.

”Tempat rekreasi ini dulu pernah dikelola swasta. Kawasannya berubah apik sehingga pengunjung pun merasa nyaman. Keadaannya terabaikan ketika kembali dikelola pemerintah. Mungkin baik kalau pengelolaannya dikembalikan ke swasta,” kata Gabriel, pengunjung lainnya. (Frans Sarong)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Travel Update
Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Travel Update
Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Jalan Jalan
Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Travel Update
Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Jalan Jalan
YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Jalan Jalan
Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Jalan Jalan
Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Travel Update
Pendaki Penyulut 'Flare' di Gunung Andong Terancam Di-'blacklist' Seumur Hidup

Pendaki Penyulut "Flare" di Gunung Andong Terancam Di-"blacklist" Seumur Hidup

Travel Update
10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

Jalan Jalan
Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Travel Tips
Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com