Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekoci Kian Tersisih di Musi

Kompas.com - 28/11/2014, 15:37 WIB
ANDRI(35) menyeka keringat di lehernya setelah berhasil mengantar peserta lomba dayung Musi Triboatton mendarat di Dermaga Desa Muara Kelingi, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, Rabu (26/11/2014). Siang itu, Andri beserta 16 pengemudi perahu kayu lain dari Palembang bertugas mengantar peserta lomba itu menyusuri Sungai Musi dari Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Empat Lawang, dengan jarak tempuh 140 kilometer.

Melalui susur sungai selama lima jam itu, Andri dapat mengantongi uang sewa Rp 250.000 dari panitia lomba. ”Uang sewa ini super berkah bagi saya,” kata Andri.

Sejak jalan dan jembatan semakin banyak dibangun, penghasilan para pemilik perahu yang oleh warga setempat disebut dengan sekoci itu turun drastis. Menurut Andri, sekitar tahun 2005, dalam sehari ia mampu memperoleh sedikitnya Rp 500.000 dari pekerjaan mengantarkan penumpang ke sejumlah desa tujuan di tepi Sungai Musi. ”Kini, sehari paling hanya Rp 100.000,” tutur Andri.

Sepinya penumpang juga dikeluhkan Romzy (32), pemilik sekoci bercat biru muda yang menjadi andalannya dalam menghidupi keluarga. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) semakin mengecilkan pendapatan pemilik sekoci. ”Penumpang sekoci semakin sedikit karena kami terpaksa menaikkan tarif setelah harga BBM naik,” ujar Romzy.

Dalam sehari, Romzy menghabiskan premium 40 liter. Setiap hari dia juga harus membeli oli untuk campuran bensin seharga Rp 25.000 per hari. Kenaikan harga BBM dan kian sedikitnya penumpang membuat kehidupan pemilik sekoci makin terimpit kebutuhan ekonomi.

Toni (36), warga Desa Mandi Aur, Muara Kelingi, mengatakan, sekoci telah lenyap dari desanya sejak 2005 setelah jalan menuju desa-desa di tepi Sungai Musi dibuka.

Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan memberikan kemudahan bagi masyarakat, tetapi membuat pemilik sekoci semakin menjerit. ”Tidak ada jalan lain selain hanya menggunakan sekoci untuk ikon pariwisata. Jika jalan dan jembatan tidak cepat dibangun, kasihan masyarakat karena biaya untuk alat transportasi air ini tinggi,” ujar Bupati Empat Lawang Budi Antoni Aljufri.

Budi mengakui, penggunaan sekoci yang dahulu menjadi budaya masyarakat bantaran sungai kini lambat laun ditinggalkan. Pemanfaatan sekoci kini hanya untuk acara-acara pariwisata, seperti halnya acara lomba Musi Triboatton.

Direktur Pemasaran Wisata Minat Khusus dan MICE Kementerian Pariwisata Rizky Handayani mengatakan, peserta Musi Triboatton diajak menyusuri Sungai Musi menggunakan sekoci untuk mengenalkan potensi ekowisata di bantaran sungai itu. ”Ke depan, kami akan menyiapkan perahu yang lebih baik untuk peserta,” kata Rizky.

Penumpang dari pelaku industri pariwisata kini menjadi satu-satunya harapan bagi pemilik sekoci yang dulu sempat menikmati kejayaan di Sungai Musi. (DRA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

WSL Nias Pro 2024 Digelar, Targetkan Gaet 30.000 Wisatawan Domestik

WSL Nias Pro 2024 Digelar, Targetkan Gaet 30.000 Wisatawan Domestik

Hotel Story
Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com