Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persaingan "Water Sport" di Bali Semakin Ketat, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 07/07/2017, 07:21 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com - Wisatawan China tampak mendominasi kunjungan di kawasan wisata bahari Pantai Tanjung Benoa, Kuta Selatan, Badung, Bali, Rabu (5/7/2017) siang.

Meski terik, mereka antusias menikmati berbagai aktivitas olahraga air seperti parasailing, flying fish, rolling donut, snorkeling, ataupun banana boat.

Antonie Kepi, pengusaha water sport di kawasan tersebut mengatakan, parasailing masih menjadi favorit di antara wahana water sport lainnya.

(BACA: Puas Olahraga Air di Tanjung Benoa, Saatnya ke Pulau Penyu)

Antonie mengatakan semua usaha water sport di Tanjung Benoa dikelola oleh perseorangan dan pemiliknya kebanyakan warga asli Tanjung Benoa. Soal harga disesuaikan dengan kesepakatan kerja sama antara pengusaha dan travel agent.

"Biasanya 70 dollar AS untuk wisatawan asing dan Rp 600 ribu sampai Rp 650 ribu untuk wisatawan domestik," ujar Antonie.

(BACA: Perang Tarif Hotel di Bali, Inilah Penyebabnya...)

Saat ini, wisata bahari termasuk water sport mengalami persaingan yang cukup ketat.

KOMPAS.com/SRI LESTARI Wisatawan sedang parasailing di Pantai Tanjung Benoa.
Hal itu diungkapkan Ketua Gabungan Pengusaha Wisata Bahari (Gahawisri) Badung, Nyoman Wana Putra.

Dia menjelaskan, beberapa kabupaten di Bali juga sudah mengembangkan water sport sebagai daya tarik wisata seperti Denpasar di Pantai Sanur, Klungkung di Nusa Penida, dan Buleleng.

"Untuk di Bali sendiri, persaingan water sport sudah hampir merata. Padahal, dulu semua wisatawan yang ingin menikmati water sport datangnya hanya ke Tanjung Benoa," ucap Putra.

Bukan hanya di Bali, atraksi wisata bahari juga mulai dikembangkan di beberapa daerah di wilayah timur Indonesia. Hal itu turut menyebabkan persaingan usaha wisata ini semakin ketat.

"Itu menjadi tantangan tersendiri. Kita perlu mengembangkan inovasi-inovasi baru untuk bisa bersaing," kata Putra.

Ia memaparkan, agar water sport di Tanjung Benoa tetap eksis, perlu ada perhatian dari pemerintah kabupaten maupun pemerintah pusat.

EKA JUNI ARTAWAN Atraksi wisata air di Tanjung Benoa, Bali.
Terutama terkait akses jalan menuju Tanjung Benoa yang masih hanya satu jalur utama. Jalan yang tidak lebar menyebabkan akses ke Tanjung Benoa sering mengalami kemacetan.

"Akses yang terbatas selalu menimbulkan kemacetan, terutama setiap ada event besar," katanya.

Pemerintah perlu mencarikan solusi agar lebih banyak lagi rombongan wisatawan yang bisa menikmati wisata bahari di sini (Tanjung Benoa)," tambah Putra yang juga mantan Bendesa Adat Tanjung Benoa ini. (Tribun Bali)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com