Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyeduh Teh Celup Ternyata Ada Triknya...

Kompas.com - 12/02/2018, 19:03 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Terkesan sederhana, teh celup digemari orang Indonesia karena dianggap praktis. Berbeda dengan negara-negara Asia Timur, seperti China, Korea, dan Jepang, mereka lebih menggemari whole leaf tea atau loose leaf tea atau teh daun tanpa kantung dibanding teh celup.

Namun, ternyata ada trik tertentu saat menyeduh teh celup. Hal ini penting agar bisa mendapatkan rasa dan manfaat yang maksimal dari teh.

“Orang pikir teh harus diseduh dengan air mendidih, padahal tidak,” kata Ratna Somantri saat ditemui di Jakarta, Senin (29/1/2018). Ratna merupakan konsultan teh, certified tea specialist, tea sommelier, dan penulis buku Kisah & Khasiat Teh dan The Story in A Cup of Tea, dan salah satu pendiri www.pasarteh.com.

(Baca juga: Ini Uniknya Gyokuro, Salah Satu Teh Termahal Jepang)

Ratna menuturkan, baik menyeduh teh celup maupun teh daun, hal yang perlu diperhatikan adalah suhu air panas yang berbeda untuk jenis teh yang berbeda. Teh hijau, lanjut Ratna, cukup diseduh dengan air panas bersuhu 70-80 derajat celsius. Sementara untuk teh hitam, gunakan air panas dengan suhu 90 derajat celsius.

Selain itu, saat menyeduh teh celup, jangan lupa untuk mengangkat teh celup. Kerap kali saat menyeduh teh celup, kantung dibiarkan teredam hingga teh menjadi pekat dan pahit.

(Baca juga: Tips Memilih Teh Sesuai Mood)

“Kalau direndam, makin lama maka kafein jadi makin tinggi. Espresso (kopi) kafeinnya lebih tinggi dari teh, tetapi karena teh direndam lama, bisa saja tehnya malah jadi lebih tinggi kafeinnya,” kata Ratna.

Jadi, untuk teh celup berupa teh hijau, baiknya diseduh selama 2-3 menit. Sementara untuk teh hitam, lama menyeduh 3-5 menit.

Teh yang digunakan di dalam teh celup. Teh celup berbahan kertas biasanya menggunakan teh bertekstur debu, sisaan dari daun teh disebut dust. Sementara teh celup berbahan kain, biasanya menggunakan teh berbentuk daun (loose leaf tea). Kompas.com/Roderick Adrian Mozes Teh yang digunakan di dalam teh celup. Teh celup berbahan kertas biasanya menggunakan teh bertekstur debu, sisaan dari daun teh disebut dust. Sementara teh celup berbahan kain, biasanya menggunakan teh berbentuk daun (loose leaf tea).
Teh celup hadir dalam berbagai bentuk, misalnya kantong kecil yang terbuat dari kertas dan berbentuk persegi. Ada pula berbentuk dua kantong dan berbahan kertas.

Sementara teh celup premium yang menggunakan daun teh lebih besar biasanya berbentuk piramida dan berbahan nilon. Ada pula teh celup premium berbentuk kantong, tetapi ukurannya lebih besar dan berbahan katun atau nilon.

Ratna menjelaskan, teh celup berbahan kertas didesain agar praktis dan sekali pakai. Jadi setelah sekali dicelup, kantong harus diangkat. Sebab, bisa terlalu lama dicelup dalam air, kertas bisa larut dan terminum. Rasa teh pun menjadi tidak sempurna.

“Biarkan saja teh terseduh tanpa perlu dicelup bolak balik,” tambah Ratna.

Sementara itu, teh celup premium yang berbahan kain bisa diseduh lebih dari dua kali. Namun, ingat teh celup tetap perlu diangkat setelah beberapa menit terendam dalam air. Anda bisa menyimak video berikut untuk mengetahui trik menyeduh teh celup:

Kompas Video Suhu didih air ketika menyeduh teh mennetukan rasa teh itu sendiri. Bukan cuma itu saja, pemilihan daun teh pun menjadi penentu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Serunya Wisata Kolam Renang di Balong Geulis Sumedang

Serunya Wisata Kolam Renang di Balong Geulis Sumedang

Jalan Jalan
Nekat Sulut 'Flare' atau Kembang Api di Gunung Andong, Ini Sanksinya

Nekat Sulut "Flare" atau Kembang Api di Gunung Andong, Ini Sanksinya

Travel Update
Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Travel Update
Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Travel Update
Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Jalan Jalan
Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Travel Update
Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Jalan Jalan
YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Jalan Jalan
Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Jalan Jalan
Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Travel Update
Pendaki Penyulut 'Flare' di Gunung Andong Terancam Di-'blacklist' Seumur Hidup

Pendaki Penyulut "Flare" di Gunung Andong Terancam Di-"blacklist" Seumur Hidup

Travel Update
10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com