Selain pemandian air panas, Hakone Yuryo juga menyediakan restoran dan relaksasi.
Untuk dapat menikmati onsen umum di sini, anda harus mengeluarkan 1.400 yen, dan 700 yen untuk anak-anak 6-12 tahun.
Sementara untuk onsen privat, biayanya 4.000 yen setiap 60 menit untuk ruangan tipe 1, 5.000 yen setiap 60 menit untuk ruangan tipe 2, dan 6.000 yen setiap 60 menit untuk ruangan tipe 3.
Perbedaan di tiap ruangan hanya kapasitas dan ketersediaan yukata. Ruangan tipe 1 untuk 2 orang, tipe 2 dan 3 untuk 2-4 orang. Yukata hanya tersedia di ruangan tipe 3.
Sementara anda yang memesan onsen di ruangan tipe 1 dan 2 dapat menyewa yukata 100 yen.
Kami berkesempatan mencoba 30 menit onsen di ruang privat, karena waktu kami kali ini terbatas. Kesan hangat begitu terasa saat masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Wisatawan asing paling sering menyewa ruang privat," kata Direksi Hakone Yuryo.
30 menit terasa begitu singkat untuk menikmati onsen di Hakone Yuryo. Selain karena tempatnya bersih, onsen ini juga langsung bersentuhan dengan alam. Pohon-pohon besar dan rindang menutupi kolam, namun privasi tetap terjaga.
Setelah mengelap kaki dengan handuk, kami diajak pihak pengelola berkeliling melihat fasilitas lainnya.
Selain onsen, daya tarik Hakone Yuryo adalah fasilitas pijat dan relaksasi. Terlihat banyak orang tua, kakek, dan nenek yang menikmati fasilitas ini. Mulai refleksi kaki, pijat seluruh tubuh, hingga sauna tersedia di tempat ini.
Makan Roti Sambil Memandang Danau Ashi
KOMPAS.com/KURNIA SARI AZIZA Danau Ashi yang berada di Hakone, Jepang.
Setelah menikmati hangatnya onsen, kami menuju Danau Ashi. Dari Hakone Yuryo ke Danau Ashi membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Kami menggunakan
shuttle bus gratis untuk kembali ke Stasiun Hakone Yumoto.
Di sana, kami menggunakan bus menuju Danau Ashi. Ah, jangan lupa, kami memiliki Hakone Freepass. Kami hanya perlu memperlihatkan Hakone Freepass kepada sopir bus. Jangan sampai hilang ya Hakone Freepass-nya, karena hanya berbentuk seperti kertas tebal.
Waktu tempuh dari stasiun ke Danau Ashi sekitar 45 menit. Waktu yang panjang itu saya gunakan untuk istirahat.
Setiba di tempat pemberhentian terakhir atau Danau Ashi, angin berembus begitu kencang. Saya dan teman-teman tak henti-hentinya memasukkan tangan ke dalam jaket tebal. Selain itu, kami juga menutupi telinga dengan syal tebal.
Dengan langkah cepat sambil melawan angin kencang, kami menuju sebuah toko roti, "Bread and Table". Akhirnya, kami bisa masuk toko roti tiga lantai itu dan berlindung dari angin kencang.
Di sana, kami disuguhi tiga roti andalan "Bread and Table", yakni roti kari, roti custard, dan roti Hakone.
KOMPAS.com/KURNIA SARI AZIZA Roti-roti yang menjadi unggulan di toko roti, Bread and Table di Hakone, Jepang.
Roti kari paling menggoda saya. Roti yang terbuat dari tepung beras dan berisi kari daging sapi dan telur itu menggoyang lidah saya. Rasanya tak mau berhenti mengunyah roti yang
crunchy di luar dan
spicy di dalamnya itu.
Sementara roti Hakone adalah roti danish berbentuk kotak. Di dalamnya terdapat isian wortel dan sayuran lainnya.
"Nah kalau roti custard ini, custard nya kami buat sendiri, homemade. Sekali gigit, langsung melting, ini roti manis," kata salah satu staf "Bread and Table".
Harga tiga roti ini sekitar 1.000 yen.
KOMPAS.com/KURNIA SARI AZIZA Suasana outdoor toko roti Bread and Table di Hakone, Jepang. Anda bisa makan roti sambil merendam kaki ke air hangat dan melihat pemandangan Danau Ashi yang begitu indah.
Jika cuaca mendukung, pengunjung bisa menikmati roti sambil menyeruput kopi di bagian luar "Bread and Table". Di sana, mereka juga menyediakan berendam kaki sambil memandang hamparan Danau Ashi yang begitu luas dan indah.
Sayangnya, kami tidak bisa makan roti sambil merendam kaki karena angin yang begitu kencang. Jangkan berendam, foto-foto dengan latar Danau Ashi pun sulit.
Destinasi terakhir hari itu adalah mengunjungi Hakone Shrine. Dari "Bread and Table", kami menggunakan fasilitas mobil hotel menuju Hakone Shrine.
Kebetulan, jarak Hakone Shrine dengan hotel tempat kami menginap sangat dekat.
Karena tubuh sudah merasa capek dan angin semakin kencang berembus, kami memilih berfoto-foto di sebuah gapura khas Jepang yang dicat merah di tepi Danau Ashi. Kami juga mampir ke Hakone Shrine, tetapi tidak naik sampai ke kuil yang letaknya di atas.
Setelah puas berfoto-foto, kami berjalan kaki menuju hotel sambil menahan dinginnya angin yang berembus. Meskipun capek, rasanya sudah tidak sabar mengunjungi tempat-tempat indah lainnya di Hakone...
Hari ke-2 di Hakone
KOMPAS.com/KURNIA SARI AZIZA Hakone Sightseeing Cruise di Hakone, Jepang.
Keesokan harinya, saya diajak berkeliling Hakone kembali menggunakan beberapa moda transportasi.
Ini pertama kalinya saya menyeberangi Danau Ashi dengan kapal yang didesain unik layaknya kapal bajak laut.
Tiket Hakone Sightseeing Cruise ini sudah termasuk dalam Hakone Freepass yang saya gunakan.
Kami berangkat dari Pelabuhan Hakone-Machi menuju Pelabuhan Togendai yang ditempuh sekitar 25 menit.
Selama di kapal, anda dapat melihat indahnya Danau Ashi yang terhampar biru. Di sisi kanan dan kiri terdapat pemandangan alam dengan rumah tradisional.
KOMPAS.com/KURNIA SARI AZIZA Danau Ashi di hakone, Jepang. Pemandangan yang terlihat saat menumpangi Hakone Sightseeing Cruise.
Anda bisa menikmatinya dengan duduk di dalam kapal atau berdiri di atas kapal. Di tengah-tengah perjalanan, anda akan didatangi "bajak laut".
Tenang saja, dia bukan bajak laut beneran.
Kita bisa berfoto bersama pria yang menyamar seperti bajak laut itu.
Setiba di Pelabuhan Togendai, kami melanjutkan perjalanan ke Owakudani menggunakan Hakone Ropeway. Untuk pertama kalinya saya naik kereta gantung di Hakone.
KOMPAS.com/KURNIA SARI AZIZA Pemandangan Gunung Fuji dari dalam Hakone Ropeway.
Rasanya senang sekali dapat melihat keindahan Hakone dari ketinggian. Oh iya, lagi-lagi anda hanya perlu menunjukkan Hakone Freepass untuk menggunakan Hakone Ropeway.
Pemandangan Gunung Fuji juga dapat terlihat saat menumpangi Hakone Ropeway. Setiap kereta berkapasitas 10-14 orang.
Perjalanan ditempuh sekitar 20 menit.
KOMPAS.com/KURNIA SARI AZIZA Hakone Ropeway
Kami sampai di Owakudani, sebuah lembah vulkanik dengan tambang sulfur yang masih aktif. Saya begitu takjub setiba di sini. Udara dingin yang menggigit tak mengurungkan keinginan saya untuk mengeksplor Owakudani.
Selain melihat pemandangan yang sangat indah dan alami, saya penasaran mencoba kurotamago atau telur hitam. Telur ini membuat saya penasaran karena warnanya hitam dan berabu saat dipegang.
KOMPAS.com/KURNIA SARI AZIZA Owakudani di Hakone, Jepang.
Anda bisa membeli
kurotamago seharga 500 yen untuk 6 butir.
Saat saya membuka kulit telurnya, ternyata dalamnya sama seperti telur rebus biasa. Konon jika memakan satu butir, usia hidup kita bertambah 7 tahun lho!
KOMPAS.com/KURNIA SARI AZIZA Kurotamago atau telur hitam yang dapat ditemui di Owakudani, Hakone, Jepang.
Dari Owakudani, saya melanjutkan perjalanan ke Hakone Gora Park untuk beristirahat sejenak dan mencoba membuat kerajinan manik-manik gelas di Hakone Craft House.
Lagi-lagi saya mencoba hal yang sebelumnya belum pernah saya coba. Sebelum membuat kerajinan tangan, kita diminta memilih motif dan warna terlebih dahulu. Setelah itu, kita juga diminta memilih untuk membuat gantungan kunci, hiasan ponsel, atau kerajinan lainnya.
KOMPAS.com/KURNIA SARI AZIZA Manik-manik di Hakone Craft House.
Ditemani seorang pelatih, saya dibimbing membuat kerajinan gelas. Sebelumnya, saya wajib memakai kacamata, sarung tangan, dan celemek untuk keselamatan. Dalam membuat karya ini, kita dituntut teliti dan berhati-hati.
KOMPAS.com/KURNIA SARI AZIZA Membuat manik-manik gelas di Hakone Craft House.
Kegiatan ini berlangsung sekitar 20 menit. Hasil karya kita dapat diambil sekitar 1 jam kemudian.
Setelah mencoba membuat kerajinan manik-manik gelas, saya menuju Hakone Open Air Museum, yang merupakan museum outdoor pertama di Jepang.
Museum ini menjadi persinggahan terakhir saya sebelum kembali ke Shinjuku dengan Odakyu Limited Express Romancecar.
Informasi
1. Odakyu Shinjuku Department Store
Sebelum atau setelah mengunjungi Hakone, apabila ingin berbelanja bisa mengunjungi Odakyu Department Store. Odakyu Department Store langsung terhubung dari Stasiun Shinjuku lewat pintu keluar sebelah barat. Di tempat ini terdapat barang-barang branded serta mecam-macam kosmetik dan pakaian.
2. Inbound-League
Dekat dari Stasiun Shinjuku terdapat Inbound League yang merupakan serviced placeyang diperuntukkan bagi orang asing. Terdapat share house serta penyewaan ruang meeting. Selain itu, juga terdapat fasilitas tempat sholat yang bisa digunakan secara gratis, shower room (berbayar), rental sepeda (berbayar), loker penitipan (berbayar), dan Wi-Fi gratis.