Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah TN Alaspurwo, Salah Satu Situs Geopark Nasional di Banyuwangi

Kompas.com - 02/12/2018, 16:18 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi


BANYUWANGI, KOMPAS.com - "Banteng jantan yang berwarna coklat itu mengalami kelainan genetik. Alat kelaminnya tidak sempurna. Jika dilihat dari tanduknya, usianya sekitar 5 tahunan," kata Banda Nuhara, koordinator unit pengelolaan banteng Sadengan Taman Nasional Alaspurwo kepada beberapa pengunjung yang datang ke Sadengan, Jumat (30/11/2018).

Jarak banteng dengan pengujung yang datang tidak kurang 100 meter dan hanya dibatasi pagar kayu setinggi kepala manusia dewasa. Banda menjelaskan jika siang itu ada sekitar 47 banteng yang berkumpul di savana Sadengan.

Jika dalam keadaan sepi, banteng juga masuk ke wilayah menara pengawas dan hanya berjarak 1,5 meter dari manusia. Selain itu ada beberapa merak juga terlihat sedang mencari makan di sekitar Sadengan.

Sadengan adalah salah satu feeding ground di TN Alaspurwo. Feeding ground di TN Alaspurwo dibuat di tiga titik pada tahun 1975 untuk meningkatkan populasi banteng yaitu di Payaman seluas 25 hektar, Pancur seluas 5 hektar dan Sadengan seluas 75 hektar.

Namun feeding ground di Payaman gagal karena tidak ada ada sumber air dan hanya menjadi jalur lintas satwa, sedangkan di Pancur berubah fungsi menjadi camping ground.

Pada tahun 1978, Sadengan ditetapkan sebagai feeding ground melaui SK Direktorat Jenderal Perlindungan dan Pelestarian Alam. Pembukaan lahan di Sadengan awalnya menggunakan sistem tumpang sari.

"Dulu hutan dataran rendah. Ada savana seluas 6 ribu hektar namun beralih menjadi hutan jati," kata Banda.

Menara pantau di Sadengan TN Alaspurwo Banyuwangi, Jatim.KOMPAS.com/IRA RACHMAWATI Menara pantau di Sadengan TN Alaspurwo Banyuwangi, Jatim.
Saat tanam tumpangsari selesai sekitar tahun 1980-1985, wilayah tersebut mulai ditanami jenis-jenis rumput yaitu rumput balung, lamuran, dan rumput gajah. Namun saat itu, feeding ground diserang spesies invasif berupa semak dan pepohonan.

Pada tahun 1999, Sadengan juga terinvasi eceng-eceng dan kerinyu sehingga luasan berkurang hingga 13 hektar dan pada tahun 2003, padang savana yang tersisa hanya 2 hektar.

"Sejak tahun 2008 kita lakukan pembinaan habitat melalui eradikasi tumbuhan invasif seperti jenis johar, trenyu dan enceng-enceng hingga hari ini," kata Banda.

Setelah melakukan eradikasi tumbuhan invasif, populasi banteng di Sadengan pada tahun 2014 mencapai 126 ekor dari sebelumnya pada tahun 2009 hanya 61 ekor.

Saat ini luasan rumput sebanyak 55 hektar dari total Sadengan seluas 84 hektar. Sementara tumbuhan invasif Johar seluas 22 hektar dan sisanya jenis Krinyu.

Jumlah Banteng Terus Menurun

Banda menjelaskan jumlah banteng yang ada di Sadengan mengalami penurunan sejak tahun 2014 yang awalnya 126 ekor menjadi 92 ekor di tahun 2017.

Penurunan jumlah banteng di Sadengan disebabkan banyak faktor antara lain peningkatan jumlah ajag di Sadengan yang memangsa banteng. Selain itu berkurangnya jumlah satwa yang menjadi mangsa ajag serta tingkat kelahiran banteng yang rendah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Travel Update
Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Jalan Jalan
Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Travel Update
Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Jalan Jalan
YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Jalan Jalan
Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Jalan Jalan
Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Travel Update
Pendaki Penyulut 'Flare' di Gunung Andong Terancam Di-'blacklist' Seumur Hidup

Pendaki Penyulut "Flare" di Gunung Andong Terancam Di-"blacklist" Seumur Hidup

Travel Update
10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

Jalan Jalan
Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Travel Tips
Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Travel Update
Airbnb Hadirkan Keajaiban di Dunia Nyata Melalui Peluncuran Icons

Airbnb Hadirkan Keajaiban di Dunia Nyata Melalui Peluncuran Icons

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com