Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiwul dan Belalang Diburu Pemudik dan Wisatawan di Gunungkidul

Kompas.com - 09/06/2019, 16:07 WIB
Markus Yuwono,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi


YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Libur Lebaran menjadi salah satu sarana mencari makanan tradisional. Pemudik dan wisatawan di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, memborong makanan tradisional untuk bernostalgia dengan masa kecilnya.

Pengelola Toko Tiwul Pak Lambang, Agus Lambang Kristianto mengatakan selama arus mudik dan wisatawan libur Lebaran saat ini omset penjualan tiwul meningkat tiga kali lipat dibandingkan hari biasa.

Untuk hari biasa rata-rata hanya 20 sampai 30 bungkus, untuk hari libur akhir pekan rata-rata 50 sampai 60 bungkus. Saat libur Lebaran bisa mencapai 150 bungkus.

Tiwul manis yang awalnya hanya memiliki rasa gula jawa dibuatnya memiliki berbagai rasa yang berbeda. Mulai dari rasa keju, nangka, pandan dan bahkan tiwul rasa coklat. Selain itu, pemudik juga membeli tiwul instan yang bisa dibuat di rumah saat kembali ke kota.

"Selain wisatawan, pemudik juga ingin bernostalgia dengan makanan tradisional seperti tiwul dan gatot," ujarnya Jalan Baron, Wonosari, Sabtu (8/6/2019).

Dengan peningkatan permintaan yang cukup signifikan ini dirinya harus membeli gaplek atau ketela kering sebagai bahan dasar pembuatan tiwul langsung ke petani. Di pasaran sudah menipis, dan sulit mendapatkan gaplek dengan kwalitas bagus.

Seorang warga Semarang, Jawa Tengah, Endah Purnawati (61) mengaku sudah sejak puluhan tahun meninggalkan kampung halamannya dan tinggal di Jalan Indraprasta, Semarang.

Sukir dan Suliani Menjajakan Belalang Goreng di Jalan Yogyakarta-Wonosari tepatnya di Hutan Tleseh, PlayenKOMPAS.com/Markus Yuwono Sukir dan Suliani Menjajakan Belalang Goreng di Jalan Yogyakarta-Wonosari tepatnya di Hutan Tleseh, Playen

Setiap tahun dirinya menyempatkan diri mudik, selain bersilaturahmi dengan keluarga di Gunungkidul. Dirinya ingin mengulang memorinya saat masa kecil dengan makanan tradisional yang dulu hampir setiap hari dikonsumsi.

"Tiwul waktu kecil saya biasa makan. Tetapi sejak tidak tinggal di sini menjadi jarang, karena sulit untuk ditemui di sana (semarang)," ujarnya

Pemudik lainnya asal Jakarta, Markus Rukma Prasetya Hadi (34) mengakui saat mudik salah satu yang dirindukan adalah makanan tradisional. Salah satu makanan favoritnya adalah belalang goreng. Untuk mendapatkan belalang dirinya membeli dari penjual yang berada di pinggir jalan.

"Lumayan mengobati kerinduan makanan tradisional di kampung halaman," ucapnya.

Salah seorang penjual belalang di Hutan Bunder, Playen, Sukir mengakui adanya peningkatan omset empat kali lipat dibanding hari biasa. Biasanya dirinya menghabiskan 30 sampai 40 toples belalang yang dijual Rp 25.000. Namun sejak libur lebaran terjadi peningkatan yakni 120 sampai 140 toples per harinya.

"Sebagian pembelinya pemudik," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com