Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PAREKRAF

Tren Pariwisata Indonesia di Tengah Pandemi Berubah, Apa Upaya Parekraf?

Kompas.com - 31/08/2021, 11:13 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 telah menghantam industri pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia. Tidak main-main, sejak Februari 2020, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk ke Indonesia mengalami penurunan drastis.

Puncaknya terjadi pada April 2020. Jumlah wisman yang datang ke Indonesia hanya 158.000.

Jika ditotal, sepanjang 2020, Indonesia hanya dikunjungi wisman sekitar 4,052 juta orang. Jumlah ini hanya berkisar 25 persen dari jumlah Bisa dibilang, angka tersebut sangat memprihatinkan, karena jika dihitung, jumlahnya hanya 25 persen jumlah wisman pada 2019.

Tak pelak, keadaan itu berdampak pada pendapatan negara di sektor pariwisata. Adanya pembatasan sosial berskala besar dan ditutupnya akses keluar-masuk Indonesia, menyebabkan penurunan pendapatan negara di sektor pariwisata sebesar Rp20,7 miliar.

Penurunan wisman juga berdampak langsung pada okupansi hotel-hotel di Indonesia. Bulan Januari-Februari 2021, okupansi menunjukkan 49,17 persen dan 49,22 persen.

Namun, Maret 2021 menjadi 32,24 persen, dan terus menurun saat memasuki April 2021, yaitu sebesar 12,67 persen.

Baca juga: ArtJOG 2021, Kreativitas Seniman di Tengah Pandemi

Beberapa sektor pariwisata juga tertatih-tatih saat pembatasan operasional sejumlah tempat wisata. Akibatnya, sekitar 12,91 juta orang di sektor pariwisata mengalami pengurangan jam kerja, dan 939.000 orang untuk sementara tidak bekerja.

Di sisi lain, pandemi Covid-19 juga berdampak langsung pada berbagai lapangan pekerjaan di sektor pariwisata. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, sekitar 409.000 tenaga kerja di sektor pariwisata kehilangan pekerjaan akibat pandemi Covid-19.

Upaya menyelamatkan pariwisata Indonesia

Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan pariwisata Indonesia. Ada tiga fase yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf), yaitu Tanggap Darurat, Pemulihan, dan Normalisasi.

Fase Tanggap Darurat difokuskan pada kesehatan, seperti menginisiasi program perlindungan sosial, mendorong kreativitas dan produktivitas saat WFH, melakukan koordinasi krisis pariwisata dengan daerah pariwisata, serta melakukan persiapan pemulihan.

Selanjutnya adalah fase Pemulihan. Pad fase ini, tempat wisata dibuka secara bertahap. Persiapannya sangat matang, mulai dari penerapan protokol CHSE atau kependekan dari cleanliness, healthy, safety, and environmental sustainability, di tempat wisata, serta mendukung optimalisasi kegiatan meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE).

Baca juga: Atlet Esport Indonesia yang Berkiprah di Luar Negeri

Terakhir adalah fase Normalisasi, yaitu mulai dari persiapan destinasi dengan protokol CHSE, meningkatkan minat pasar, hingga diskon untuk paket wisata dan MICE.

Salah satu program yang telah dilaksanakan adalah Virtual Travel Fair sejak bulan Agustus-September 2020.

Perubahan tren pariwisata

Kunci utama bagi pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif agar dapat bertahan di tengah pandemi adalah memiliki kemampuan adaptasi, inovasi, dan kolaborasi yang baik.

Pasalnya, saat ini pelaku masyarakat mulai berubah. Hal ini membuat tren pariwisata bergeser.
Contoh paling simpelnya, aktivitas liburan yang bebas dilakukan masyarakats ebelum pandemi tak bisa lagi dilakukan.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com