KOMPAS.com – Tak jauh dari aliran Sungai Mahakam, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim), terdapat Danau Semayang. Tempat ini selalu mampu menyajikan pemandangan spektakuler di segala waktu, bahkan saat mendung sekalipun.
Suasana Danau Semayang tak ubahnya seperti pantai. Deburan ombak hingga panorama sunrise dan sunset bisa kamu nikmati di danau seluas 13.000 hektare (ha) dan kedalaman 3,5 meter (m) itu.
Pemandangan Danau Semayang saat awan mendung disertai petir pun tak kalah keren. Kamu akan disuguhkan momen dramatis dari kilat yang saling menyambar di bagian horizon danau.
Seluruh keindahan tersebut tergambar jelas dalam foto-foto hasil tangkapan fotografer profesional dan kontributor senior National Geographic Indonesia, Budiono dalam eksplorasi “Nawa Cahaya: Capture The Unique Lights in Indonesia”.
Baca juga: Danau Semayang, Habitat Pesut Mahakam yang Nyaris Punah
Menariknya, seluruh dokumentasi keindahan Danau Semayang itu berhasil diabadikan lewat bidikan kamera smartphone realme 9 Pro+.
Kepada Kompas.com, Budi menceritakan pengalamannya saat menjelajah Kota Samarinda, termasuk Danau Semayang. Ia mengatakan, ada beberapa spot menarik di sana yang sayang jika tidak diabadikan.
“Tempat-tempat itu dihiasi lampion-lampion. Ketika dipotret dengan realme 9 Pro+, hasilnya bagus. Warna obyek pun terlihat hampir truth to live (nyata),” terangnya.
Khusus Danau Semayang, Budi mengungkapkan butuh usaha ekstra untuk mereguk keindahan destinasi tersebut. Pasalnya, Kota Samarinda sendiri lebih sering diguyur hujan ketimbang disinari matahari sehingga sulit menemukan angle menarik untuk dibidik.
“Setelah kami tunggu, ternyata turun hujan tepat di jalur matahari terbenam, yaitu di bagian selatan. Titik tersebut merupakan kawasan yang kami sasar untuk mengambil foto menggunakan (ponsel) realme. Sayangnya, justru dilanda hujan,” tuturnya.
Baca juga: Menelusuri Spot Instagramable di Kawah Putih Ciwidey
Banyak jalan menuju Roma. Begitulah Budi menyikapi kendala yang dialaminya saat itu. Ia teringat bahwa Danau Semayang terdapat banyak sekali petir kala hujan. Atas dasar tersebut, ia memutuskan untuk tetap terjaga hingga dini hari sembari menunggu pesut mahakam melintas.
“Mulai dari pukul 21.00 sampai 01.30 dini hari, saya masih menunggu momen. Namun, banyak momen yang missed. Saya setting realme 9 Pro+ dengan ISO rendah dengan shutter paling tinggi, yakni di angka 30 detik,” tutur Budi.
Usaha Budi berbuah manis. Ratusan foto Danau Semayang dengan petirnya yang dramatis terkumpul. Hal ini memantik semangatnya untuk mencoba mengabadikan momen sunset di sana.
“Semua mode kamera kami coba, mulai dari wide angle hingga zoom. Begitu pula dengan preset karena matahari yang menjadi sumber pencahayaan saat itu kurang gereget,” katanya.
Untuk diketahui, Danau Semayang merupakan rumah bagi pesut mahakam. Mamalia ini termasuk satwa langka dengan status terancam punah. Karena itu, dapat melihat dan mengabadikan hewan tersebut menjadi momen berharga.
Budi mengatakan waktu terbaik untuk menyaksikan pesut adalah saat air danau surut, yakni pada musim kemarau Juli-Agustus. Pengambilan gambar pun bisa dilakukan dengan kamera smartphone.