KOMPAS.com - Libur panjang Lebaran 2022 telah usai. Selanjutnya, masyarakat akan kembali kepada rutinitas dan kesibukan masing-masing.
Baca juga: Mengapa Liburan Terasa Cepat Berlalu? Ini Penjelasannya
Baca juga: 7 Penyebab Stres Pasca-Liburan, Ada Makan Berlebihan
Apakah kamu merasa bahwa periode libur panjang selalu terasa singkat? Jika iya, jangan khawatir karena ada penjelasan dari sisi ilmiah dan psikologis atas hal tersebut.
Pengajar mata kuliah Biofisika dan Kompleksitas, program studi S2 Biofisika, Institut Pertanian Bogor (IPB) Husin Alatas mengatakan, perasaan seseorang atas liburan yang terasa singkat berkaitan dengan paradoks liburan atau holiday paradox.
“Dalam paradoks ini, orang merasa bahwa waktu yang dijalani ketika melakukan aktivitas liburan terasa berjalan lebih cepat ketimbang ketika melakukan aktivitas rutin di kantor atau di sekolah,” terangnya kepada Kompas.com, Minggu (8/5/2022).
Ia menjelaskan liburan menghasilkan persepsi menyenangkan yang dipicu oleh produksi hormon dopamin dalam jumlah berlebih di otak.
Patut diduga bahwa produksi berlebih hormon dopamin tersebut mengakibatkan orang menjadi lebih fokus pada aktivitas liburan. Sebab, liburan banyak memberikan pengalaman baru yang menyenangkan, serta terekam lebih lama dalam ingatan.
“Hal yang berbeda mungkin terjadi dalam aktivitas rutin seperti kerja dan lainnya, yang kemungkinan besar tidak memberikan pengalaman baru yang menyenangkan dan terekam dalam ingatan, akibat kurangnya produksi hormon dopamin,” paparnya.
Produksi hormon dopamin tersebut berkaitan dengan aktivitas otak. Menurut Husin, otak manusia memiliki cara unik dalam mempersepsikan waktu dan memprediksi jeda waktu.
Aktivitas otak mempersepsikan waktu dan memprediksi jeda waktu inilah yang memicu perasaan waktu terasa lama dan terasa singkat.
Baca juga: Jangan Repot Bawa Bagasi, Bisa Bikin Stres Saat di Bandara
Baca juga: Daftar Libur Nasional Usai Lebaran 2022, Masih Ada 8 Hari
Ia mengatakan dalam beberapa eksperimen yang melibatkan hewan, telah diamati bahwa hormon dopamin dapat memengaruhi kerja jam internal biologis.
Pada gilirannya, lanjut Husin, kemungkinan besar kondisi tersebut dapat memengaruhi kemampuan otak dalam memprediksi lamanya waktu suatu aktivitas.
“Banyaknya pengalaman menyenangkan baru yang terekam di otak dalam aktivitas liburan, oleh sementara ilmuwan diduga menjadi penyebab munculnya prediksi jeda waktu aktivitas yang lebih singkat, ketimbang aktivitas rutin lainnya dan ini tentunya erat terkait dengan produksi hormon dopamin,” ujar Husin.
Tak hanya dari sisi ilmiah. Perasaan seseorang bahwa libur panjang terasa singkat juga dapat dijelaskan dari sisi psikologis atas fenomena tersebut.
Psikolog dari Universitas Indonesia (UI) Rose Mini Adi Prianto menjelaskan, perasaan tersebut muncul karena ada harapan yang tertanam dalam pikiran (mindset) kita selama liburan.
Harapan yang tertanam dalam mindset kita tersebut menjadi sebuah standar yang kita berikan pada masa liburan.