KOMPAS.com - Fenomena tingkat polusi tinggi di Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi (Jabodetabek) tengah menyita perhatian publik. Meskipun demikian, ada sejumlah tempat wisata di Jabodetabek yang memiliki kualitas udara lebih baik dibandingkan rata-rata kawasan.
Data dari perusahaan kualitas udara berbasis teknologi, Nafas Indonesia mengungkapkan, polusi udara di Jabodetabek sudah melampaui batas aman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca juga:
Berdasarkan laporan Nafas Indonesia pada Juli 2023, rata-rata polusi udara di Jakarta adalah 47 µg/m3. Padahal, anjuran WHO adalah 5 µg/m3.
Sementara, Tangerang Selatan berada di peringkat pertama sebagai kota dengan polusi paling tinggi, yakni 60 µg/m3, atau 12 kali di atas ambang batas aman WHO.
Ukuran polusi udara tersebut berdasarkan tingkat polutan Particulate Matter 2.5 (PM2.5) yang mencemari udara. PM2.5 adalah partikel padat polusi udara berukuran mikro, kurang dari 2,5 mikrometer atau 36 kali lebih kecil dari diameter sebutir pasir, yang diukur dalam satuan µg/m3.
PM2.5 berbahaya bagi tubuh lantaran ukurannya yang sangat kecil membuat partikel polusi ini tidak dapat disaring oleh tubuh.
Data Nafas Indonesia mengungkapkan, sejumlah wilayah di Jabodetabek memiliki kualitas udara yang lebih baik dibandingkan kawasan lainnya. Masyarakat bisa menjadikan daerah tersebut sebagai alternatif destinasi wisata yang terhindar dari polusi tinggi.
Atmospheric Scientist Nafas, Dinda Shabrina mengatakan, agar terhindar dari cemaran PM2.5 tinggi, masyarakat harus menghindar jauh dari keberadaan sumber polusi. Khususnya, menghindari wilayah yang padat kendaraan dan lokasi pembakaran.
“Bagi warga Jabodetabek yang mau berwisata khususnya saat weekend atau musim liburan panjang, ada beberapa pilihan destinasi yang secara rata-rata relatif cukup baik di beberapa waktu tertentu,” ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (11/8/2023).
Dinda menuturkan, kualitas udara di kawasan Jakarta Utara relatif cukup bagus dibandingkan dengan kota-kota di Jakarta lainnya. Data dari Nafas Buka Data memperlihatkan bahwa, kualitas udara di Jakarta Utara lebih baik 4 hingga 7 persen dibandingkan rata-rata DKI Jakarta selama bulan Mei-Juli 2023.
Misalnya, pada Juli 2023, polusi udara di kawasan Pluit, Jakarta Utara tercatat 38 µg/m3, lebih rendah dibandingkan rata-rata DKI Jakarta yakni 47 µg/m3, maupun kawasan lainnya seperti Ancol yakni 48 µg/m3, Kelapa Gading Barat 50 µg/m3, dan sebagainya.
“Hal ini dipengaruhi oleh keberadaan pola angin lokal Jabodetabek, yaitu pola angin laut yang terjadi pada waktu siang menuju sore,” terang Dinda.
Keberadaan angin laut yang kencang, cukup untuk menghamburkan partikel polusi di Pluit dan lokasi lainnya di sekitar pantai Jakarta. Hasilnya, kualitas udara di lokasi tersebut (umumnya siang dan sore hari) lebih baik dibandingkan daerah yang jauh dari pantai di Jakarta.
Berdasarkan catatan Kompas.com, sejumlah tempat wisata di kawasan Jakarta Utara antara lain, Pantai Indah Kapuk (PIK), PIK 2, Pantjoran PIK, Mangrove Angke Kapuk atau Mangrove PIK, Urban Farm, Cove at Batavia, Aloha PIK, San Antonio Promenade, dan sebagainya.
Baca juga:
Secara rata-rata, kualitas udara di Kepulauan Seribu cukup baik dibandingkan DKI Jakarta. Data Nafas Indonesia pada Juli 2023 mengungkapkan, polusi udara di kawasan Kepulauan Seribu sebesar 20 µg/m3, atau 57 persen lebih baik dibandingkan DKI Jakarta.
Dinda menjelaskan, keberadaan angin dari laut yang kencang membantu menghamburkan polutan sehingga kualitas udara di sekitarnya jauh lebih baik.
“Namun, tidak menutup kemungkinan adanya polusi lokal dan polusi bawaan dari arah Pulau Jawa, sehingga bisa saja sesekali kualitas udara di Kepulauan Seribu terdeteksi cukup tinggi. Ini pentingnya untuk selalu memantau kualitas udara saat berwisata,” terangnya.
Berdasarkan catatan Kompas.com, destinasi wisata di Kepulauan Seribu antara lain Pulau Harapan, Pulau Pramuka, Pulau Payung, Pulau Tidung, Pulau Pari, dan sebagainya.