Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makna Batik Parang Udan yang Dipakai Jokowi, Simbol Kepemimpinan

Kompas.com - 03/10/2023, 14:02 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan kesukaannya terhadap batik berwarna sogan, yaitu batik klasik berwarna kecoklatan yang identik berasal dari Solo atau Yogyakarta.

“Terlalu banyak motif batik, setiap hari berganti motif dan bisa berubah-ubah warnanya. Tetapi saya memang senang yang warna sogan,” ujar Presiden di sela-sela acara Istana Berbatik di Istana Merdeka, Jakarta, dikutip dari Antara (30/9/2023).

Pagelaran busana itu, kata Jokowi, diselenggarakan untuk menunjukkan kebanggaan bangsa Indonesia terhadap batik dalam rangka peringatan Hari Batik Nasional setiap 2 Oktober.

Baca juga: Batik Banyak Dikenakan Tokoh Dunia, Diharapkan Bisa Tingkatkan Ekspor

“Batik adalah wajah kita, budaya kita. Dan sebagai sebuah karya seni yang luar biasa, di situ ada simbolisme, di situ ada filosofi di setiap motif yang ada. Inilah kebudayaan Indonesia,” tutur Jokowi.

Batik parang udan

Saat “Istana Berbatik”, Presiden Jokowi memakai batik berwarna cokelat dengan motif parang barong seling kembang udan riris.

Dalam acara tersebut, Presiden Jokowi didampingi oleh Ibu Negara Iriana Jokowi yang memakai atasan batik bermotif truntum dan bawahan bermotif parang.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas Travel (@kompas.travel)

“Istana Berbatik” turut dimeriahkan oleh pertunjukan busana dari para menteri Kabinet Indonesia Maju, pimpinan lembaga negara, duta besar negara sahabat, perwakilan kementerian/lembaga, serta figur publik.

Makna batik parang udan

Seperti disampaikan oleh Dosen Prodi Kriya Seni Tekstil FSRD Universitas Negeri Solo, M Rudianto, batik terus mengalami perkembangan dalam segi tampilan corak maupun teknik produksinya.

“Termasuk batik yang dikenakan oleh Presiden Joko Widodo, merupakan kombinasi motif batik klasik dengan kebaruan penggayaan dalam memvisualkannya,” kaya Rudi saat dihubungi Kompas.com, Senin (2/10/2023).

Baca juga: Jakarta Pernah Punya Kampung Batik, Kini Sudah Tiada

Ia mengatakan, kombinasi motif Parang dan motif Udan Liris dengan pewarnaan khas batik pedalaman atau keraton Surakarta yaitu warna sogan dengan latar cemeng (hitam), menampilkan corak inovatif yang menarik.

Adapun ia menjelaskan, pemaknaan motif batik tidak terlepas dari sejarah keberadan motif tersebut.

“Motif batik Parang Udan Liris merupakan salah satu karya pada masa Paku Buwono ke III pertengahan abad 18,” ujarnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut masyarakat Indonesia pantas merasa bersyukur karena memiliki produk budaya berupa batik, Minggu (1/10/2023).KOMPAS.com/Syakirun Ni'am Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut masyarakat Indonesia pantas merasa bersyukur karena memiliki produk budaya berupa batik, Minggu (1/10/2023).

Perpaduan motif Parang yang berarti lereng atau tebing dengan bentuk motif miring dan diagonal, memiliki makna semangat pantang menyerah dan sebagai simbol kepemimpinan. Oleh karena itu, motif batik parang biasa dikenakan oleh para raja.

Dipadukan dengan motif Udan Liris, motif ini merupakan pemaknaan dari “hujan gerimis”, deretan berbagai motif kecil termasuk parang dan sebagainya yang membentuk garis diagonal seakan-akan menggambarkan hujan.

Baca juga: Hari Batik Nasional 2 Oktober 2023, Museum Batik Indonesia di TMII Diresmikan

“Hujan bagi masyarakat agraris sangat penting karena menyuburkan tanah sehingga menghasilkan panen melimpah,” kata Rudi.

Adapun Udan Liris menyiratkan kemakmuran, kekayaan, dan penolak bala.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com