Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebakaran Hutan, Ancaman Pariwisata di Kalimantan Tengah

Kompas.com - 02/11/2023, 14:02 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang baru-baru ini kembali terjadi di Kalimantan Tengah (Kalteng), dikatakan juga berdampak bagi pariwisata. 

"Kalau ada kebakaran, ya jelas sudah orang (para wisatawan) enggak mau datang karena asap. Ya ini tantangan memang," kata Pj Wali Kota Palangka Raya Hera Nugrahayu kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (31/10/2023). 

Ia menjelaskan, tantangan ini memang sulit dihindari karena kondisi lahan gambut di hutan-hutan Kalteng.

Baca juga: 3 Rekomendasi Wisata Palangka Raya, Kereng Bangkirai hingga Batu Banama

Musim kemarau akibat cuaca panas ekstrem, menyebabkan tumbuhan dan lahan gambut mengering, sehingga rawan kebakaran. 

Alhasil, api sekecil apa pun akan mudah membesar serta memicu terbakarnya hutan dan lahan.

Dampaknya tentu dirasakan oleh manusia. Baik dari segi kesehatan dan konektivitas karena kabut asap, maupun segi pariwisata karena berpotensi menurunkan angka wisatawan domestik maupun mancanegara. 

"Kemarin sempat terjadi, (karena kebakaran hutan dan lahan) penerbangan jadi tertahan. Tapi tim kami sudah berggerak," ujarnya.

Selain manusia, flora dan fauna juga bisa terdampak akibat terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Baca juga: 4 Rekomendasi Wisata Sehari di Pangkalan Bun Kalteng

Salah satu dampak karhutla adalah merusak habitat orang utan yang merupakan satwa endemik Kalteng. 

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas.com (@kompascom)

Lakukan mitigasi

Lebih lanjut, Hera mengatakan bahwa saat ini pihaknya terus berupaya melakukan mitigasi (pencegahan sebelum bencana terjadi), agar dapat menekan dampak dari karhutla. 

"Seiring dengan perkembangan atau kemajuan penduduk sebenarnya lahan-lahan yang ada bisa kita jaga, bagaimana dengan masyarakat membuka lahan pertanian, menjaga, dan merawatnya. Nah itu yang kami harapkan," tutur dia.

Baca juga: Melihat dari Dekat Kehidupan Suku Dayak di Lamandau Kalteng

Selain itu, Hera menambahkan, masyarakat juga telah diberi sosialisasi. Misalnya, saat musim kemarau panjang atau saat terjadi kebakaran, langkah apa saja yang harus dilakukan. 

"Tapi memang tak terhindari di kawasan hutan gambut karena mudah terbakar juga, itu memang harus dijaga, harus penguatan," imbuhnya. 



Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyarumenteng di Jalan Tjilik Riwut Km 30, Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah. Dok. Yayasan BOS Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyarumenteng di Jalan Tjilik Riwut Km 30, Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah.

Terkait karhutla di Kalteng, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, Sadtata Noor Adirahmanta juga memberikan imbauan. 

Dirinya mengatakan kebakaran hutan dan lahan bisa disebabkan secara alami maupun oleh ulah manusia.

Dua-duanya dapat membawa dampak buruk bagi ekosistem, sehingga harus dicegah dan dikendalikan.

Baca juga: Ini Baru Namanya Buah Hutan Khas Kalteng

“Dalam situasi iklim seperti ini, kami mengimbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar. Kami sudah menyiapsiagakan personel dan peralatan di kawasan-kawasan kami, yang didukung juga oleh mitra dan masyarakat serta instansi terkait,” ujar Sadtata Noor Adirahmanta, dikutip dari Kalteng.tribunnews.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com