Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah, Isi, dan Jam Buka Museum Timah Indonesia di Pangkalpinang

Kompas.com - 03/02/2024, 19:07 WIB
Heru Dahnur ,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Museum Timah Indonesia di Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, masih eksis hingga saat ini.

Tidak hanya isi di dalamnya yang sarat muatan sejarah. Bangunan museum pun merupakan bangunan tua yang dibangun sejak zaman Belanda.

Alhasil berkunjung ke museum timah seakan menyelami kembali kehidupan di Bangka yang erat kaitannya dengan pertambangan.

Baca juga: 2 Penampung Hasil Tambang Ilegal di Babel Ditangkap, Timah Senilai Ratusan Juta Rupiah Disita

Maka tidak berlebihan rasanya kalau dikatakan belum lengkap kunjungannya di Bangka kalau belum ke museum timah.

Sejarah Museum Timah

Sejarawan Bangka Belitung Akhmad Elvian mengatakan, bangunan museum timah awalnya bernama Househill milik perusahaan Bankatin Winning (BTW). Bangunan awalnya digunakan untuk rumah tinggal pejabat perusahaan tambang Belanda BTW.

"Saat pengasingan pemimpin Republik Indonesia setelah agresi militer Belanda kedua, antara 22 Desember 1948- 6 Juli 1949, pernah dijadikan sebagai lokasi menginap dan pertemuan dengan Komisi Tiga Negara," kata Elvian kepada Kompas.com, Sabtu (3/2/2024).

Museum Timah Indonesia di Pangkalpinang, Bangka BelitungWikimedia Commons Museum Timah Indonesia di Pangkalpinang, Bangka Belitung

Elvian menuturkan, selama diasingkan di Bangka, para pemimpin republik yang antara lain proklamator Bung Karno dan Bung Hatta tercatat sedikitnya melakukan 26 aktivitas di Pangkalpinang, termasuk di gedung yang dijadikan museum timah saat ini.

Pada 1958 gedung kemudian dijadikan museum di Kota Pangkalpinang yang diberi nama Museum Wisma Budaya. Selanjutnya sejak 2 Agustus 1997 diubah namanya menjadi Museum Timah Indonesia.

Baca juga: Janjikan Orang Bisa Menambang Timah Tanpa Izin di Babel, Seorang Wanita Ditangkap

"Dulu nama jalannya Jalan Damai, kemudian diganti menjadi Jalan Jenderal Ahmad Yani," ungkap Elvian yang juga penulis buku berjudul Kampoeng di Bangka.

Isi Museum Timah

Sebagai museum wisma budaya pada 1958, museum menyimpan beragam koleksi benda purbakala hasil sumbangan masyarakat dan ketika menjadi museum timah, koleksi museum diubah menjadi museum tematik khusus sejarah pertimahan di Indonesia.

Isi museum saat ini antara lain replika Prasasti Kota Kapur yang merupakan bukti sejarah keberadaan kerajaan Sriwijaya.

Lukisan penambangan timah tradisional di masa lalu yang ada di Museum Timah Muntok, Bangka Barat.KOMPAS.com/GLORIA SETYVANI Lukisan penambangan timah tradisional di masa lalu yang ada di Museum Timah Muntok, Bangka Barat.

Kemudian, koleksi lainnya adalah berbagai peralatan pertambangan dari tradisional hingga modern.

Berbagai contoh produk timah juga ditampilkan, disertai juga dengan video dokumenter yang menayangkan proses produksi timah di lautan. Pengunjung bisa melihat diorama sejarah penambangan sejak berabad lampau.

"Di museum timah kita bisa melihat perjalanan sejarah bangsa, dan yang tak kalah penting terjadinya akulturasi budaya yang dibawa etnis Tionghoa melalui teknologi penambangan di Bangka," kata Pengelola Museum Timah, M Taufik.

Baca juga: Ada Potensi Racun di Lubang Tambang Timah, Polisi Minta Akademisi Meneliti

Museum timah buka mulai pukul 08.00-16.00 WIB dengan jadwal libur hari Jumat dan hari libur nasional.

"Sabtu dan Minggu kita tetap buka," ujar Taufik.

Museum timah juga memiliki fasilitas mobil pownis atau bus angkutan tempo dulu untuk berkeliling kota. Kemudian ada ruang pertemuan yang bisa dijadikan kelas belajar dengan kapasitas 50 orang.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com