Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gurindam Dua Belas dari Pulau Maskawin

Kompas.com - 13/08/2010, 16:40 WIB

KOMPAS.com — Pulau Maskawin yang juga lazim disebut Pulau Penyengat merupakan pulau kecil di Kepulauan Riau. Tepatnya di sebelah barat Kota Tanjung Pinang yang ada di Pulau Bintan. Di pulau seluas 2 kilometer persegi itu, setiap sudut jalan dihiasi Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji.

Gurindam Dua Belas adalah sajak dua belas pasal (kuplet) karya Raja Ali Haji, sastrawan dan pahlawan nasional dari Pulau Penyengat, Provinsi Kepulauan Riau, yang mengandung petuah bijak atau nasihat. Raja Ali Haji pun ulama dan pujangga kelahiran 1808, yang meninggal pada usia 65 tahun, dan dimakamkan di Pulau Maskawin.

Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 089/TK/2004, Raja Ali Haji ditetapkan sebagai pahlawan nasional bidang bahasa Indonesia.

Untuk mencapai Pulau Maskawin, pengunjung harus melalui perjalanan laut dari Pelabuhan Sri Bintan Pura di Pulau Bintan dengan perahu motor yang disebut pompong. Lama perjalanan sekitar 15 menit dengan tarif Rp 20.000 per orang.

Pulau berpenduduk 1.000 jiwa itu disebut Maskawin karena merupakan maskawin Sultan Mahmudsyah, raja kedelapan Kesultanan Riau Lingga, saat ia mempersunting Engku Putri Raja Hamidah. Namun, tak ada catatan mengenai hari pernikahan mereka.

Selain dikenal sebagai Pulau Maskawin, masyarakat juga menyebutnya Pulau Penyengat. Ini karena dulu beberapa nelayan yang hendak mengambil air tawar di pulau tersebut pernah disengat lebah atau tawon.

Obyek wisata

Sesampai di Pulau Maskawin, belasan ojek sepeda motor beroda tiga biasanya sudah menunggu pelancong. Sewa bemor—demikian sebutan ojek itu—sekitar Rp 20.000 per jam.

Dengan luas yang 2 kilometer persegi itu, pelancong tak butuh banyak waktu untuk berkeliling. Begitu keluar dari pelabuhan, akan terlihat Masjid Sultan Riau atau Masjid Kuning, satu-satunya masjid di Pulau Maskawin yang didirikan tahun 1832. Konon, perekat batu bata pada bangunan masjid itu adalah putih telur ayam kampung.

Ada 17 menara besar dan kecil di kompleks masjid yang menunjukkan jumlah rakaat shalat lima waktu. Selain itu, di dalam masjid juga dipajang Al Quran, tulisan tangan Abdurrahman Stambul. Ia adalah penduduk asli Pulau Maskawin yang diminta oleh pihak kerajaan untuk belajar agama ke Mesir. Tulisan tangan itu dibuat tahun 1867.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com