Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tapai Ketan Ember dan Jeniper, Oleh-oleh Wajib dari Kuningan

Kompas.com - 30/08/2014, 16:37 WIB
Kontributor Travel, Sri Noviyanti

Penulis

KUNINGAN, KOMPAS.com – Tak lengkap rasanya kalau selesai bepergian tak membawa buah tangan.  Oleh-oleh bak pemanis, hal kedua yang ditunggu oleh orang rumah setelah kepulangan siapa pun yang melakukan perjalanan.

Di Kuningan, Jawa Barat, tepatnya di Desa Wisata Cigugur terdapat sentra oleh-oleh makanan dan minuman khas. Letaknya tepat berseberangan dengan obyek wisata terapi ikan dewa. Beberapa rumah di dalam gang sempit ini sengaja dirubah menjadi tempat pembuatan dan penjualan oleh-oleh.

Rumah Sri Lestari menjadi salah satunya. Dari mulut gang, rumah oleh-oleh miliknya lah yang paling jauh karena harus masuk jauh ke dalam. Berdiri dengan label nama ‘Tape Ketan Heru’, bisnis ini sudah dilakoninya sejak 1997.

Tapai ketan ember, banyak yang menyebutnya begitu karena memang dikemas dalam ember hitam. Siapa yang sangka, di dalam ember tersebut ada berpuluh tapai berbalut daun jambu air bercita rasa legit dan menjadi favorit banyak orang.

Saat dikunjungi, Sri dan ayahnya, Heru sedang sibuk dengan tapai ketan ember. Sambil membungkus tapai ke dalam ember ia bercerita mengenai proses pembuatan tapai ini.

“Tak begitu sulit membuatnya, ketan yang masih mentah pertama-tama harus diaron dengan sari daun katuk. “Daun katuk ini yang menjadi pewarna hijau pada ketan, bukan daun jambu. Itu hanya untuk penambah aroma,” ujar Sri.

Setelah diaron, ketan-ketan tadi diragi dalam ember, siap dibungkus dengan daun jambu air yang sudah dilap. “Harus dilap, jangan sampai di daun jambu ada air tetesan hujan, hujan kan bersifat asam nanti mempengaruhi rasa ketan, warnanya juga bisa berubah menjadi merah muda,” tambahnya.

KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Tapai Ketan Ember, makanan khas Kuningan

Ketan yang sudah dibalut dengan daun jambu tadi kemudian dimasukkan dalam tempat tertutup selama tiga hari, ini proses pematangan menjadi tapai. Ada yang menarik soal riwayat tapai ketan ember ini. Menurut Sri, dahulu banyak orang yang menyukai air yang merembes dari hasil pematangan tapai. “Ember menjadi tempat yang pas, karena air tidak akan kemana-mana, ada terus dalam ember. Banyak orang yang beli tapai untuk mendapatkan airnya saja, mereka beli beberapa ember lalu tapainya diperas hingga menghasilkan beberapa liter ember,” kilasnya.

Air hasil pematangan tapai memang memiliki cita rasa tersendiri, manis tetapi sedikit asam. Tanpa diketahui, ternyata banyak yang menggunakan air ini sebagai tambahan bumbu untuk memasak.

Untuk harga jual, tentu bervariasi. Rata-rata harga tapai ketan di desa wisata ini sama, yaitu Rp 10.000 untuk plastik dengan isi 16 buah, Rp 65.000 untuk ember kecil berisi 75 buah dan Rp 85.000 untuk ember lebih besar yang menampung tapai 100 buah.

KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Minuman oleh-oleh khas Kuningan. Jeniper, Jeruk Nipis Peras

Di rumah Sri, ia tak hanya menjajakan tapai tetapi juga aneka kripik dan kerupuk. Di rumah oleh-oleh yang lainnya bahkan ada minuman dengan nama unik, Jeniper yaitu singkatan dari Jeruk Nipis Peras. Minuman yang juga khas berasal dari Kuningan. Jeniper dikemas dalam sebuah botol kaca mirip botol untuk obat batuk yang dihargai Rp 3.500 per botol.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Travel Tips
Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Travel Update
Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Travel Update
Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Travel Update
Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut 'Flare' di Gunung Andong

Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut "Flare" di Gunung Andong

Travel Update
Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Travel Tips
Taman Burung-Anggrek di Papua: Lokasi dan Harga Tiket Masuk

Taman Burung-Anggrek di Papua: Lokasi dan Harga Tiket Masuk

Travel Update
5 Air Terjun di Probolinggo, Ada Air Terjun Tertinggi di Jawa

5 Air Terjun di Probolinggo, Ada Air Terjun Tertinggi di Jawa

Jalan Jalan
4 Festival di Hong Kong untuk Dikunjungi pada Mei 2024

4 Festival di Hong Kong untuk Dikunjungi pada Mei 2024

Jalan Jalan
Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Jalan Jalan
Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Travel Update
5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

Travel Tips
Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Travel Update
Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com