Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melebur Bersama Sejarah Kretek di Indonesia

Kompas.com - 14/11/2014, 08:46 WIB
Kontributor Travel, Sri Noviyanti

Penulis

AROMA tembakau bercampur cengkeh sudah merasuk indera penciuman saat kaki menginjakkan halamannya. Ini lah Museum Rokok Sampoerna atau lebih dikenal dengan House of Sampoerna (HOS), sebuah museum yang berdiri megah di Kota Surabaya.

“Selamat datang,” ungkap para penjaga museum yang ramah pada pengunjung yang datang.

Bangunan HOS mencirikan bangunan megah zaman kolonial dengan empat pilar besar di gedung utamanya dan angka 234 sebagai simbolis. Dalam keterangannya, bangunan ini dibangun pada tahun 1862 dan sempat beralih fungsi beberapa kali. Di antaranya sempat menjadi rumah panti asuhan lalu dibeli oleh pendiri Sampoerna pada tahun 1932 dan menjadi tempat produksi rokok.

House of Sampoerna jadikan museum khusus untuk mengenang sejarah salah satu jenis rokok yang sudah melegenda, kretek dengan merek Dji Sam Soe. Hal tersebut tersirat jelas dalam barang-barang dengan keterangan yang berada di ruang pertama di pintu masuk.

“Di sini lah cikal bakal Dji Sam Soe,” ujar Museum Manager HOS, Rani Anggraini.

Pengunjung museum dapat bebas memilih saat berkeliling, didampingi pemandu atau tidak. Bila tidak ingin didampingi pun sebenarnya tak masalah karena keterangan tertulis dari tiap barang yang terdapat di museum sudah cukup menjelaskan. Ada syarat khusus untuk mengunjunginya. Pengunjung harus lah berusia di atas 18 tahun. Untuk anak-anak disarankan datang bersama orang tua.

KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI House of Sampoerna (HOS), Surabaya

Di ruang pertama, pengunjung dapat melihat-lihat awal mula lahirnya kretek di Indonesia. Rupanya ada kesalahan makna yang berkembang. saat ini, rokok kretek dikenal dengan rokok tanpa filter. Padahal rokok kretek adalah rokok dengan bahan dasar tembakau yang dicampur cengkeh. Ada filter atau tanpa filter, selama tembakaunya bercampur cengkeh harus dinamakan dengan kretek.

Di ruangan ini terdapat miniatur warung sebagai simbol usaha pertama keluarga Sampoerna. Tertulis di sana, Liem Seeng Tee sebagai pendiri Sampoerna yang membeli gedung ini dahulu ialah karyawan di salah satu pabrik produksi rokok dan istrinya membuka usaha warung kecil-kecilan.

Di ruang ini pula terdapat deskripsi pembuatan rokok. Di bagian kanan bahkan terdapat barang-barang peninggalan keluarga yang menjadi saksi sejarah kretek di Indonesia. Sedangkan di ruang kedua dan ketiga, pengunjung dapat melihat-lihat mesin-mesin pembuatan rokok, silsilah perusahaan hingga koleksi kotak korek api dan kotas rokok dari masa ke masa.

Berlanjut ke lantai dua, pengunjung dapat melihat-lihat souvenir yang sengaja dijual. Uniknya, dari lantai dua ini juga pengunjung dapat melihat pemandangan yang lain, yaitu karyawan yang sedang membuat lintingan kretek. Dari atas sini, rupanya dapat disaksikan proses produksi kretek yang melegenda itu. Begitu cepatnya kerja mereka yang memerlukan kehati-hatian, dalam penjelasannya masing-masing dari mereka dapa menghasilkan kurang lebih 300 lintingan kretek tiap jam. Sayangnya apa yang dilihat dari sana tak boleh direkam dengan kamera. Ada larangan mengambil gambar dari lantai dua museum ini.

Secara keseluruhan, kawasan ini cukup besar. Selain museum, di sini juga terdapat kafe dan galeri seni.

KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Surabaya Heritage Track, bus wisata khusus yang disediakan di House of Sampoerna

Di depan kafe terdapat bis wisata gratis yang disebut dengan Surabaya Heritage Track (SHT) yang berwarna dominan merah. Dinamakan seperti itu karena rute perjalanan bus memang mengelilingi Surabaya. Hanya ada satu bus, sehingga bila banyak yang tertarik, pengunjung harus menunggu giliran untuk ikut. Jadwal bus terdiri dari beberapa pilihan, dimulai pada pukul 9-10 pagi, pukul 1-2 siang hingga pukul 3 sampai 4 sore.

SHT selalu memiliki rute yang berbeda pada tiap waktu perjalanannya. Dengan SHT memungkinkan wisatawan dapat mengelilingi tempat-tempat bersejarah di Surabaya. Tak perlu khawatir, sudah ada pemandu khusus yang akan menemani sehingga perjalanan tak akan membosankan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com