Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Dapur Pembuatan Batik di Desa Wisata Batik Babagan

Kompas.com - 07/01/2015, 14:12 WIB
PERJALANAN kami kali ini city tour ke Lasem, Rembang. Tak hanya mengenal kebudayaan dan sejarah kota yang dijuluki Tiongkok Kecil, kota di pesisir utara Pulau Jawa ini juga menyediakan wisata belanja.

Tujuan pertama kami adalah mengunjungi Desa Wisata Batik Babagan. Tak sulit menemukan tempat ini. Gapura besar bertuliskan informasi desa wisata ini berdiri megah di sisi selatan jalan utama Pantura. Tak jauh dari gapura ini, berdiri baliho peta wisata yang menunjukkan beberapa pusat batik di Babagan.

Di kawasan ini, kita bisa melihat rumah-rumah tua khas Tiongkok. Mayoritas, milik pengusaha batik. Kami memilih rumah batik Sekar Kencana yang berjarak sekitar 250 meter dari gapura masuk sebagai tujuan pertama.

Sekar Kencana merupakan rumah batik milik Sigit Witjaksono yang juga tokoh Tionghoa. Di rumah ini, Sigit memiliki sekitar 20 pegawai. Mulai pembuat pola, membatik, sampai tenaga pendukung hingga kain batik siap jual. "Saya sendiri yang membuat gambar, selanjutnya pegawai yang membuat pola di kain," ungkap Sigit.

Di usianya yang menginjak 85 tahun, Sigit masih sigap. Dia tak segan menjelaskan dan menunjukkan dapur pembuatan batik. Ada yang tengah Nglengkreng, Nerusi, Ngelir, Nembok, Nglorot, juga menjemur kain. "Tidak ada batik cap di Lasem, semua batik tulis. Dibutuhkan waktu hingga satu bulan untuk menghasilkan satu kain batik. Itu sebabnya, harga batik Lasem mahal," jelasnya.

Sigit menyebut, ada tiga motif batik khas Lasem. Yakni, Latohan, Sekar Jagad, dan Watu Pecah atau Kricak. Latohan merupakan buah dari tanaman yang hidup di tepi laut pesisir utara Pulau Jawa. Sementara Sekar Jagad merupakan kumpulan motif bunga yang terserak.

"Watu Pecah atau Kricak merupakan motif yang terinspirasi dari pembangunan jalan proyek Daendels, Anyer-Panarukan," terang Sigit.

Tribun Jateng/Syofri Kurniawan Menjemur kain batik.
Tak hanya mengandalkan tiga motif batik tersebut. Sigit yang merupakan generasi kedua dari keluarga Njo yang membuat batik membuat terobosan. Dia memadukan motif batik dengan aksara Tiongkok. "Kami ingin membuktikan, batik Lasem memang memadukan budaya Jawa dan Tionghoa seperti sejarahnya," imbuhnya.

Tak puas melihat proses membatik di Babagan, kami melanjutkan perjalanan ke "Purnomo Batik Art and Handicraft" di Jalan Gedungmulyo. Lokasi ini berseberangan jalan dengan Sentra Batik Babagan.

Di tempat ini, kami melihat proses pembuatan batik dan memilih-milih batik yang bisa dijadikan oleh-oleh. "Batik Lasem memiliki warna khas abang getih pitik dan biru. Warna pesisir memang identik terang, itu sebabnya kami menggunakan pewarna kimia. Belum bisa menemukan komposisi pas kalau menggunakan pewarna alam," terang Gustav N Purnomo, pengelola rumah batik tersebut.

Gustav juga tak pelit membagi informasi terkait pembuatan batik. Juga, mengajak kami berjalan-jalan di tempat pembuatan batik. Menurut Gustav, kedatangan Laksamana Cheng Ho di Lasem membuat budaya dan tradisi di Lasem kental akan Tiongkok. "Itu juga mempengaruhi batik. Warna dan motif merupakan perpaduan Jawa dan Tiongkok. Motif burung hong, naga, kura-kura dan kupu kupu kental akan filosofi Tiongkok," jelasnya.

Batik Lasem dibanderl Rp 700.000 hingga lebih dari Rp 1 juta per potong. Anda ingin membawanya sebagai oleh-oleh? (Rika Irawati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Jalan Jalan
Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Travel Update
Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Jalan Jalan
YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Jalan Jalan
Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Jalan Jalan
Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Travel Update
Pendaki Penyulut 'Flare' di Gunung Andong Terancam Di-'blacklist' Seumur Hidup

Pendaki Penyulut "Flare" di Gunung Andong Terancam Di-"blacklist" Seumur Hidup

Travel Update
10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

Jalan Jalan
Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Travel Tips
Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Travel Update
Airbnb Hadirkan Keajaiban di Dunia Nyata Melalui Peluncuran Icons

Airbnb Hadirkan Keajaiban di Dunia Nyata Melalui Peluncuran Icons

Travel Update
Australia Siapkan Banyak Resto Halal, Dukung Pariwisata Ramah Muslim

Australia Siapkan Banyak Resto Halal, Dukung Pariwisata Ramah Muslim

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com