Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tanpa Gembar-gembor, Wina Jadi Kota Terbaik untuk Tinggal

Suasana hening ini bukanlah pertanda kelesuan. Justru menjadi bukti bahwa Wina tengah tumbuh pesat menjadi kota yang sehat, dan “pintar".

Kualitas hidup di Wina sedang memuncak. Pada bulan Agustus tahun ini Wina menggeser posisi Melbourne, Australia dari peringkat pertama daftar kota-kota terbaik untuk ditinggali. Padahal, Melbourne sudah mengantongi predikat terbaik selama tujuh tahun berturut-turut.

Indeks Kelayakan Hidup Global versi “The Economist Intelligence Unit” menggunakan lima kategori besar untuk menilai sejumlah kota-kota di seluruh dunia yakni: stabilisasi, jaminan kesehatan, budaya dan lingkungan, pendidikan, serta infrastruktur.

Bagi wisatawan atau penduduk baru yang berasal dari kota-kota ramai, keheningan di Wina bisa jadi terasa aneh. Seperti di Jakarta misalnya, akhir pekan identik dengan mal-mal yang penuh sesak. Tetapi tidak di Wina.

Hari Minggu, di Wina adalah waktu untuk memanfaatkan waktu bersosialisasi dengan teman dan keluarga di lokasi-lokasi non-pertokoan.

Dengan tutupnya pertokoan di hari Minggu, penduduk Wina harus bisa merencanakan keperluan rumah tangga jauh-jauh hari. Berbelanja makanan, obat-obatan, dan perabotan rumah harus diselesaikan pada Sabtu sore.

“Pekerjaan yang baik bukan hanya soal gaji cukup, tetapi juga soal tingginya kualitas pengelolaan pegawai. Selain gaji yang pantas, dan jaminan kerja, pekerjaan yang baik juga mempertimbangkan faktor proteksi sosial, kesehatan, dan peraturan terkait lingkungan kerja yang mengedepankan keluarga,” ujar Julia Schüller.

Berdasarkan survei Komisi Eropa terkait kualitas hidup di kota-kota Eropa (2015), Kota Wina berada pada posisi keempat setelah Graz, Zurich, dan Reykjavic dengan 79 persen responden menyatakan puas dengan kondisi kerja. Survei ini berlangsung setiap tiga tahun sekali sejak 2004.

Penduduk Wina secara langsung mendapat dorongan dari kebijakan pemerintah kota untuk meningkatkan kualitas waktu luang mereka.

Tak dimungkiri lagi, penduduk Wina sangat menghargai fasilitas kebudayaan, dan ruang hijau. Survei Komisi Eropa mengindikasikan 93 persen koresponden di Wina puas dengan ketersediaan ruang hijau.

Tak hanya itu, pemerintah kota juga memastikan agar penduduk Wina bisa menikmati waktu luang di luar rumah dengan mudah. Seperti misalnya dengan menyediakan jalur yang sangat layak untuk untuk pejalan kaki, dan pesepeda. Jalur-jalur tersebut jelas, besar, dan aman.

Seiring dengan pertumbuhan Wina menjadi kota modern, ruang hijau tidak pernah dikesampingkan. Justru sebaliknya, pemerintah menjadikan ruang hijau sebagai pendukung kualitas hidup yang tinggi. Semua taman di Wina gratis, dan menawarkan beragam aktivitas untuk publik.

Pecinta olahraga bisa memaanfatkan ruang hijau dan udara segar kota Wina. Banyak dari mereka yang sangat menghargai kesempatan untuk mengimplementasikan gaya hidup sehat di Kota Wina. Bagaimana tidak, kota ini memiliki 953 taman milik pemerintah, dan 981 taman bermain, berdasarkan statistik tahun 2017.

"Ketika orang-orang berbicara soal ruang hijau di Wina, mereka biasanya hanya bicara soal taman, tetapi sebetulnya lebih dari itu. Di Wina ada beberapa lokasi hiking, kebun anggur, dan banyak tempat menarik untuk berolahraga," ujar Helena Schnabl-Aydogmus, seorang pelatih lari, dan trainer yang kerap kali membuat program latihan untuk klien di ruang hijau.

“Saya sangat senang bisa memiliki banyak pilihan yang mudah dijangkau," katanya.

“Sangat menikmati bepergian dengan transportasi publik di Wina. Aman, mudah diakses, terjangkau, dan tepat waktu. Kita juga bisa membuat estimasi waktu tempuh,” ujar Melissa, seorang siswi asal Indonesia yang sudah tinggal di Wina selama 8 tahun.

“Bagi saya pemberhentian bus hanya dua menit dari rumah,” katanya.

Penduduk bisa membeli kartu transportasi tahunan dengan harga 365 Euro, artinya hanya 1 Euro per hari. Kartu tersebut berlaku untuk kereta bawah tanah, bus, kereta cepat, dan tram.

Kemudahan ini mendorong pemanfaatan transportasi umum, dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.

Sebanyak 39 persen penduduk menggunakan transportasi umum, 27 persen menggunakan kendaraan pribadi, 27 persen  berjalan kaki, dan sisanya bersepeda.

Wina pernah menjadi kota berbahasa Jerman terbesar, kini menjadi rumah bagi 1.867.582 penduduk, berdasarkan statistic hingga tahun 2017.

Pada tahun 2016, total investasi, dan pengeluaran pemerintah kota Wina untuk seni, budaya, dan agama (2,3 persen) lebih besar dari dana keamanan (1,4 persen).

“Pemerintah Kota Wina ingin meningkatkan kualitas hidup dari segala aspek kehidupan secara konsisten. Kami selalu bekerja sama dengan para ahli dari berbagai bidang,” kata Julia Schüller. (AWIS MRANANI, tinggal di Wina, Austria)

https://travel.kompas.com/read/2018/12/27/150900227/tanpa-gembar-gembor-wina-jadi-kota-terbaik-untuk-tinggal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke