Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Istimewanya Noken, Tas Asal Papua yang Terbuat dari Serat Kayu

JAKARTA, KOMPAS.COM - Di selasar lantai tiga gedung Perpustakaan Nasional Indonesia, terlihat dua orang wanita sedang menganyam benda yang tampak seperti sebuah tas.

Kedua wanita yang menggunakan berbagai macam atribut khas Papua seperti hiasan kepala, lengan, dan rok terlihat terampil membuat tas bernama noken tersebut.

Di sekitar mereka terdapat banyak tas noken berserakan. Ada yang berwarna coklat khas kayu, ada juga yang berwarna-warni dengan bermacam motif, hiasan, serta tulisan.

Salah satu wanita yang terlihat terampil menganyam adalah Rosa, wanita asal Sorong, Papua Barat.

“Noken ini terbuat dari serat kayu. Serat kayunya seperti ini, sudah dibuat seperti benang. Lalu dirajut biasa saja bisa jadi berbagai model,” ujar Rosa saat ditemui Kompas.com pada Senin (2/12/2019) kala berpartisipasi dalam demo pembuatan noken dalam acara United Nations Day 2019 di Perpustakaan Nasional Indonesia.

Menurut Rosa, pengerjaan setiap jenis noken berbeda-beda. Jika ukurannya kecil, maka proses pembuatannya akan lebih cepat.

Untuk noken berukuran kecil, Rosa mengaku bisa menyelesaikannya selama satu sampai dua hari saja. Tapi untuk noken berukuran besar, proses pengerjaannya bisa sampai satu bulan.

Dalam acara demo pembuatan noken tersebut, Rosa menceritakan bahwa serat kayu yang digunakan untuk membuat noken berasal dari batang kayu pilihan.

“Tidak semua kayu bisa digunakan. Biasanya diambil yang batang kayunya lembut supaya mudah dipisahkan,” jelas Rosa.

Untuk prosesnya sendiri, kulit kayu yang sudah diambil dari batang kemudian dipisahkan antara kulit dan serat.

Setelah terpisah, serat kayu kemudian ditumbuk dan diremas-remas. Setelahnya lalu dijemur supaya kering.

“Setelah kering lalu dipotong jadi tipis-tipis dan dijadikan benang seperti ini. Kalau sudah begitu baru bisa dipintal jadi noken. Selain pakai serat kayu noken juga kadang dicampur dengan akar, biasanya pakai akar pohon beringin.”

Dalam acara tersebut, terdapat juga beberapa noken yang terbuat dari benang biasa. Menurut Rosa, penggunaan benang jadi variasi semata untuk mempercantik bentuk dan warna noken.

Namun sebenarnya, noken yang paling bagus dan kuat tetaplah noken yang terbuat dari bahan serat kayu.

Noken sendiri adalah tas tradisional Papua yang dipakai oleh hampir setiap orang Papua. Noken digunakan untuk beragam keperluan. Mulai dari membawa barang, buah-buahan, harta benda, hingga gendongan bayi.

Di Papua sendiri ada lebih dari 250 suku. Uniknya, setiap suku memiliki gaya sendiri dalam merajut noken. Rosa mencontohkan, suku yang tinggal di pegunungan pasti memiliki model noken berbeda dengan suku yang ada di daerah pantai.

“Kalau saya dari Sorong, daerah pantai jadi bikinnya yang pakai kulit kayu seperti ini. Kalau suku dari gunung buatnya pasti model yang berbeda,” jelas Rosa.

Namun untuk segi pengerjaan, menurut Rosa hampir semua suku di Papua punya cara mengerjakan noken yang serupa.

Para wanita akan merajut noken di sela-sela waktu luang mereka mengurus rumah. Maka dari itu ada noken yang bisa dikerjakan secara santai, tapi ada juga noken yang proses pengerjaannya perlu waktu lebih fokus karena berukuran besar.

"Seperti yang ini, ukurannya besar dan agak rumit. Biasanya dikerjakan nokennya digantung lalu kita duduk. Itu harus seperti itu kerjanya."

Noken sendiri dalam budaya Papua memang memiliki nilai sentimental tersendiri bagi masyarakat Papua.

Tas rajut khas Papua ini kemudian termasuk ke dalam daftar United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Heritage). Itu membuat tanggal 4 Desember selalu diperingati sebagai Hari Noken Sedunia.

https://travel.kompas.com/read/2019/12/03/063500027/istimewanya-noken-tas-asal-papua-yang-terbuat-dari-serat-kayu

Terkini Lainnya

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Travel Update
Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Travel Update
Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Travel Tips
BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

Travel Update
Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke