Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perjalanan Panjang Cokelat di Dunia, dari Minuman Suku Aztek sampai Jadi Camilan

Cokelat yang kita kenal sekarang ini, berasal dari biji buah kakao. Biji kakao ini kemudian diolah sedemikian rupa hingga layak konsumsi.

Dilansir dari Britannica, Suku Aztel menyajikan cokelat dalam bentuk minuman yang bernama xocoatl. Dalam Bahasa Nahuatl, kata tersebut berarti air yang pahit.

Minuman ala Suku Aztek ini dibuat dari biji kakao yang dikeringkan lalu dibakar dengan api. Setelahnya, biji tersebut dihaluskan dengan alat batu bernama metate di atas api kecil.

Setelah halus dan berbentuk seperti pasta, Suku Aztek menambahkan vanilla dan beberapa rempah serta bumbu lain. Mereka juga menambahkan jagung untuk membuat rasa lebih ringan.

Pasta yang sudah diberi tambahan rasa, kemudian dibentuk kecil-kecil dan didinginkan. Setelah dingin, kemudian dihancurkan hingga menjadi bubuk dan dicampur dengan air panas.

Minuman tersebut kemudian dikenalkan pada penjelajah Christopher Columbus dan Hernan Cortez yang kemudian membawa biji kakao ke Spanyol.

Di Eropa minuman cokelat dimodifikasi

Di Spanyol kemudian biji kakao ini dikembangkan. Pasalnya, minuman khas Suku Aztek dianggap terlalu pahit untuk selera orang Eropa. Mereka pun mengembangkan resep rahasia pengolahan biji kakao jadi minuman cokelat.

Resep ala Spanyol ini tetap jadi rahasia hingga pada 1660 minuman cokelat jadi populer di Perancis akibat pernikahan puteri Spanyol Maria Theresa dengan Louis XIV.

Dari sanalah kemudian minuman cokelat jadi menyebar dan populer di seluruh Eropa serta dunia.

Dahulu, cokelat hanya dikenal dalam bentuk minuman. Hal tersebut membuat cokelat yang populer di Eropa dikenal sebagai minuman eksklusif dan hanya bisa dikonsumsi oleh kaum elit. Cokelat panas dinikmati oleh kaum kelas atas karena dianggap lezat dan bisa menjaga kesehatan.

Dilansir dari Worldcocoafoundation, eksklusifitas cokelat ini kemudian berangsur menghilang pada masa Revolusi Industri. Ketika mesin bertenaga uap membuat produksi bubuk kakao lebih cepat dan lebih murah harganya.

Tak lama kemudian, cokelat dalam bentuk batangan pun muncul dan sukses besar pada 1850. Joseph Fry menambahkan cacao butter ke dalam campuran bubuk kakao untuk membentuk massa yang padat.

60 tahun kemudian, seni membuat cokelat dengan beragam rasa dan isian yang disebut pralines oleh Jean Neuhaus II, sang penemu berkebangsaan Belgia, dikenal publik. Dari sana kemudian industri cokelat akhirnya semakin populer dan berkembang di seluruh dunia.

Cokelat di Indonesia

Menurut sejarawan kuliner sekaligus dosen Departemen Sejarah Universitas Padjadjaran, Fadly Rahman, cokelat masuk ke Indonesia karena dibawa oleh Spanyol melalui Filipina.

“Walaupun cokelat berkembang pesat dari abad 19 sampai 20, sebenarnya budidaya kakao di Indonesia sudah ada dari tahun 1560. Spanyol membawa ke Filipina, negeri koloninya, kemudian dari Filipina menyebar sampai ke Minahasa (Sulawesi Utara),” ujar Fadly dalam acara Diskusi Media “Serba Serbi Cokelat” dari Mondelez International di Jakarta, Kamis (02/08/2018).

Ketika itu, Belanda masih fokus ke tanaman kopi dan teh. Ketika tanaman kopi dan teh rusak akibat penyakit, Belanda mulai beralih membudidayakan kakao pada 1880. Konsumsi cokelat di masyarakat Hindia Belanda pun semakin masif pada masa itu.

Sampai tahun 1938, ada 29 perkebunan kakao di Hindia Belanda. Pasca kemerdekaan, semua perkebunan tersebut akhirnya dinasionalisasi menjadi milik Indonesia. Berbagai merk cokelat lokal pun berkembang, hingga akhirnya cokelat bisa dinikmati semua kalangan masyarakat hingga kini.

https://travel.kompas.com/read/2020/02/13/182400327/perjalanan-panjang-cokelat-di-dunia-dari-minuman-suku-aztek-sampai-jadi

Terkini Lainnya

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Travel Update
Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Travel Update
Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Jalan Jalan
Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Travel Update
Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Jalan Jalan
YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Jalan Jalan
Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Jalan Jalan
Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Travel Update
Pendaki Penyulut 'Flare' di Gunung Andong Terancam Di-'blacklist' Seumur Hidup

Pendaki Penyulut "Flare" di Gunung Andong Terancam Di-"blacklist" Seumur Hidup

Travel Update
10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

Jalan Jalan
Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Travel Tips
Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke