KOMPAS.com - Media fesyen Jepang, Tokyo Fashion menyoroti sekaligus mengapresiasi fenomena Citayam Fashion Week.
Fenomena ini mengacu pada sekelompok remaja dari berbagai kota penyangga DKI Jakarta yang berkumpul dengan busana nyentrik di kawasan Terowongan Kendal dan Stasiun BNI City, Jakarta Selatan. Para remaja tersebu bergaya bak model profesional di setiap sudut kawasan tersebut.
Mengutip Kompas.com (15/7/2022), Tokyo Fashion mengapresiasi anak-anak muda Indonesia yang bergaya ala catwalk di jalanan Jakarta. Apresiasi itu disampaikan dalam utas Twitter, @TokyoFashion pada Senin (11/7/2022).
Tokyo Fashion bahkan meminta sejumlah situs dan akun street snap Indonesia mendokumentasikan dan mendukung mereka. Selain itu, Tokyo Fashion membandingkan kemunculan Citayam Fashion Week dengan kelahiran street fashion Harajuku di Distrik Shibuya, Tokyo.
Lantas, apa itu street fashion Harajuku yang awalnya mirip dengan Citayam Fashion Week? Berikut faktanya seperti dihimpun oleh Kompas.com.
1. Harajuku nama kawasan
Walaupun identik dengan gaya berpakaian street fashion, sebenarnya Harajuku merupakan nama kawasan di Jepang. Mengutip dari situs Japan National Tourism Organization (JNTO), Harajuku merupakan sebuah nama distrik atau kawasan di sekitar Stasiun Harajuku, yang berada antara Shibuya dan Shinjuku, pada jalur kereta Yamanote.
Kawasan Harajuku dipenuhi dengan deretan butik dan toko fesyen yang menjual koleksi pakaian tren terbaru. Selain itu, terdapat restoran dan kafe sepanjang kawasan Harajuku yang merupakan tempat nongkrong anak-anak muda Jepang.
Surga mode ini berpusat di Jalan Takeshita Dori atau Jalan Takeshita.
2. Gaya Harajuku
Gaya Harajuku merupakan fashion street dengan gaya unik. Mengutip dari The Culture Trip, ciri khas gaya Harajuku adalah kreativitas dalam permainan serta perpaduan warna yang mencolok.
Selain itu, gaya Harajuku juga merupakan imajinasi dari karakter sehingga menghasilkan gaya busana yang unik. Sejumlah gaya Harajuku yang terkenal antara lain gyaru, cosplay, gadis lolita, gothic, visual kei, dan sebagainya.
Japan National Tourism Organization menambahkan, kecintaan pada gaya Harajuku turut mendorong perkembangan dan transformasi budaya di kawasan Harajuku yang berada di pinggiran kota. Tak hanya di Jepang, gaya Harajuku mulai dikenal pada tataran global. Sebut saja, artis internasional Lady Gaga yang ikut menampilkan tren Harajuku.
3. Sejarah Harajuku
Pada 1970-an, saat kiblat mode Jepang bergeser dari Shibuya, maka street fashion Harajuku mulai dilirik. Perkembangan gaya Harajuku semakin pesat didorong dengan pertunjukan musik setiap akhir pekan di kawasan tersebut yang menjadi ajang ekspresi gaya busana anak-anak muda Jepang.
Gaya Harajuku juga makin dikenal karena sejumlah artis internasional turut serta meramaikan tren ini seperti Lady Gaga dan Nicki Minaj.
Takeshita Street merupakan pusat perbelanjaan paling sibuk di kawasan Harajuku. Pengunjung dapat menemukan tren street fashion yang menarik sekaligus terjangkau sepanjang jalan ini.
Ada beragam butik dan toko yan menjual fashion street unik, termasuk sebuah butik yang kerap dikunjungi Lady Gaga. Selain itu, terdapat toko yang menjual aksesoris, kosmetik, dan merchandise.
Tak heran, Takeshita Street merupakan lokasi favorit anak-anak muda.
Sementara itu, Cat Street merupakan jalur yang menghubungkan Harajuku dan Shibuya. Jalur ini juga dipenuhi oleh beragam toko pakaian unik dan toko yang menjual barang-barang bekas. Selain itu, jalanan ini juga dipenuhi oleh sejumlah kafe.
Jalur wisata terakhir di Harajuku adalah Omotesando Street. Berbeda dengan dua jalan sebelumnya, area ini dipenuhi oleh gerai merek papan atas baik dari Jepang maupun internasional.
Sebut saja, Maison Margiela, H&M, Dior, Prada, Burberry, dan lainnya.
https://travel.kompas.com/read/2022/07/15/220200527/4-fakta-harajuku-dibandingkan-dengan-citayam-fashion-week