Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peringati Haul Leluhur Setiap 10 Muharram, Warga Gondanglegi Malang Gelar Arak-Arakan

MALANG, KOMPAS.com - Masyarakat Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, Jawa Timur menggelar arak-arakan pada Senin (8/8/2022) untuk memperingati meningganya Mbah Sogol.

Ia merupakan seorang tokoh masyarakat yang membuka hutan dan menjadi penyebar agama Islam di sana.

Tampak kegiatan arak-arakan itu mengular hingga memadati sepanjang jalan Hayam Wuruk, Gondanglegi Kulon yang berjarak sekitar 1 kilometer, tepatnya dari halaman pasar Gondanglegi sampai makam Mbah Sogol.

Rombongan peserta arak-arakan terlihat menggunakan baju adat jawa tradisional seperti surjan dan jawi jangkep untuk peserta pria, dan baju kebaya untuk peserta perempuan.

Selain itu, setiap rombongan juga membawa nasi tumpeng, serta  gunungan ruas bambu yang berisi makanan di dalamnya.

Menariknya sebelum masuk area pemakaman, gunungan ruas bambu itu diperebutkan oleh warga sekitar yang menonton arak-arakan tersebut.

Ketua Komunitas Pemerhati Makam Mbah Sogol, Abdul Fattah mengatakan, acara dilaksanakan setiap bertepatan pada tanggal 10 bulan Muharram dalam kalender Islam.

Kegiatan ritual arak-arakan itu pertama kali dicetuskan pada tahun 2011. Kala itu, menurut Fattah, acara diawali dengan kegiatan ritual tahlil di kawasan makam Mbah Sogol.

"Kemudian seiring berjalannya waktu, kita sepakat untuk menggelar kegiatan arak-arakan ini sebagai rangkaian ritual peringatan haul," kata dia kepada Kompas.com.

Tujuannya, adalah untuk melestarikan ingatan masyarakat tentang Mbah Sogol selaku tokoh bagi masyarakat Gondanglegi.

"Kali ini adalah peringatan haul Mbah Sogol yang ke 185 tahun. Ia meninggal pada 1837 silam," tuturnya.

Sebelum pandemi Covid-19 kegiatan arak-arakan itu diikuti oleh sedikitnya 500 warga sekitar. Namun saat ini, karena pandemi masih ada, hanya diikuti oleh setidaknya 50 persen atau 250 orang.

"Pada saat pandemi Covid-19 dua tahun lalu, peringatan haul ini tidak dilaksanakan karena adanya pembatasan. Sekarang sudah diperbolehkan tapi dengan batasan 50 persen," jelanya.

Mbah Sogol, tokoh masyarakat Gondanglegi Malang

Fattah menceritakan, Mbah Sogol dikenal sebagai tokoh yang membuka kawasan Gondanglegi yang sebelumnya masih berupa hutan belantara sekitar tahun 1830.

Selain membuka hutan, ia juga dikenal orang pertama yang membawa ajaran Islam ke masyarakat Gondanglegi.

"Dulunya beliau mengajarkan agama Islam di sebuah surau yang sekarang  berada di kawasan Desa Gondanglegi Wetan. Saat ini, surau telah dirubah menjadi Masjid Al-Kautsar," tutur dia.

Nama Gondanglegi adalah nama yang kerap dilekatkan dengan Mbah Sogol. Sebab menurut Fattah, ketika membuka hutan buah gondang yang biasanya rasanya pahit, ketika dimakan oleh Mbah Sogol seketika berubah menjadi manis.

"Peristiwa itu kemudian tersebar ke telinga masyarakat dan menjadikan nama kawasan itu menjadi Gondanglegi," tuturnya.

Sementara itu, Mbah Sogol sendiri disebut-sebut sebagai salah satu pasukan perang Pangeran Diponegoro yang lari ke kawasan Malang Selatan.

Ia datang mengikuti jejak seorang bangsawan asal Klaten, Jawa Tengah bernama Raden Arimbi yang dinikahi oleh Bupati Malang pertama, Ki Ageng Gribig.

"Nama aslinya Jaloed. Beliau kemudian dijuluki Mbah Sogol karena selama hidupnya di kawasan Gondanglegi kerap memasak menggunakan media ruas bambu, kemudian berasnya dimasukkan ke dalam bambu lalu dibakar," katanya.

https://travel.kompas.com/read/2022/08/09/070700827/peringati-haul-leluhur-setiap-10-muharram-warga-gondanglegi-malang-gelar-arak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke