LABUAN BAJO KOMPAS.com -Kawasan Parapuar di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), resmi dikelola Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF).
BPOLBF telah mendapatkan sertifikat hak pakai lahan (HPL) dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang dan Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN). Kawasan itu seluas 129,609 hektar.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo mengatakan, zona satu kawasan itu adalah zona budaya.
Hampir 20 persen kawasan itu dimanfaatkan untuk pembangunan-pembangunan yang terkait budaya.
"Kawasan Parapuar ini akan menjadi ikon baru di labuan bajo. Harapannya setengah dari wisatawan bisa berkunjung ke Parapuar. Tidak hanya menginap tetapi juga experience pariwisata berkelanjutan," kata Angela di Kawasan Parapuar Labuan Bajo, Jumat (14/92023).
Tetap lestarikan lingkungan
Ia menyebut, konsep yang akan dikembangkan di kawasan Parapuar adalah pariwisata berkelanjutan.
Sebagian besar tempat ini akan tetap dipertahankan jadi kawasan hijau. Pembangunan akan tetap melestarikan lingkungan.
"Wisatawan bisa menikmati pengalaman-pengalaman, adventure, dan riset. Kita harapkan ini menjadi ikon baru bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara," kata dia.
Ia menambahkan bahwa saat ini sudah banyak investor yang akan berinvestasi di kawasan Parapuar.
"Nantinya, kami akan berkolaborasi dengan pengelola untuk mengembangkan pariwisata inklusif. Artinya pengembangan wisata Parapuar melibatkan warga sekitar," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi berharap pengembangan kawasan Parapuar bisa meningkatkan ekonomi bagi masyarakat setempat.
Menurut dia, pengembangan pariwisata tidak hanya inklusif, tetapi harus menjadi pembeda dengan spot lain.
"Maka kalau di tempat lain tidak ditemukan porsi keterlibatan masyarakat harus dominan," imbuhnya.
Ia menambahkan, dengan adanya Parapuar semakin banyak referensi wisata di Labuan Bajo, tidak hanya di laut.
https://travel.kompas.com/read/2023/09/19/160400727/kawasan-parapuar-di-labuan-bajo-suguhkan-pengalaman-pariwisata-berkelanjutan