KOMPAS.com – Ada satu tradisi unik yang dilakukan pihak Keraton Surakarta Hadiningrat di Kota Surakarta, Jawa Tengah, dalam menyambut sepuluh hari terakhir Bulan Ramadhan.
Sebagai info, sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan merupakan salah satu waktu utama bagi umat Islam.
Itu karena pada salah satu malam ganjil pada 10 hari terakhir Ramadhan, akan ada malam Lailatul Qadar. Jika beribadah pada malam itu, maka sama dengan beribadah selama seribu bulan.
Malam Selikuran adalah tradisi yang dilakukan Keraton Surakarta. Dalam bahasa Indonesia Malam Selikuran berarti Malam Dua Puluh Satu.
Rute Kirab Tumpeng Sewu
Pada gelaran Malam Selikuran, akan dilakukan Kirab Tumpeng Sewu. Akan ada tumpeng berisi nasi gurih yang dibentuk tumpeng kecil dan dilengkapi dengan kedelai hitam, rambak, mentimun, dan cabai hijau lalu dimasukkan ke dalam wadah dari besi dan kuningan.
Kemudian, nasi tumpeng yang akan dikirab ini didoakan oleh pemuka agama. Usai didoakan, tumpeng dikirab menuju Taman Sriwedari.
Adik Sinuhun Pakubuwono XIII yang juga Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Kanjeng Gusti Pangeran Harya (KGPH) Dipokusumo kepada Kompas.com, Sabtu (30/3/2024), membagikan rute Kirab Tumpeng Sewu ini:
“Dari Siti Hinggil Bangsal Sewayana Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, menuju Pagelaran Sasana Sumewa menuju Alun alun Utara sampai perempatan Gladhag, belok kekiri Jln Slamet Riyadi kebarat menuju Sriwedari,” kata dia kepada Kompas.com.
Ia melanjutkan, sesampainya di Sriwedari, ada penyerahan tumpeng atau prosesi Pasrah Tinampi Hajad Dalem Malem Selikura Tumpeng Sewu kepada Dinas Kebudayaan Pariwisata Kota Surakarta.
“Tumpeng kemudian didoakan bersama. Setelah doa, tumpeng dibagikan kepada masyarakat yang hadir di lokasi,” sambung KGPH Dipokusumo.
https://travel.kompas.com/read/2024/03/30/160400227/rute-kirab-tumpeng-sewu-malam-selikuran-keraton-surakarta-tahun-2024