PUNTA ARENAS, KOMPAS.com - Tim Indonesia Seven Summits Mahitala Unpar, Sabtu (4/11) pukul 05.00 waktu setempat atau 15.00 WIB terbang menuju Antartika dari Punta Arenas, kota kecil di ujung selatan Cile. Anggota tim, Budi Hartono Purnomo (51) melaporkan, tim sudah dua hari tertahan di Punta Arenas menanti cuaca membaik agar pesawat Ilyusin 76 dari Antarctic Logistic Expedition (ALE) bisa terbang ke Antartika.
Menurut Budi, setelah terbang dari Punta Arenas , jalur komunikasi melalui internet terputus. Komunikasi dengan telepon satelit sangat terbatas dan hanya untuk keadaan darurat dalam pendakian ke Gunung Vinson Massif (4.879m). Pendakian ini merupakan bagian dari rangkaian pendakian tujuh puncak tertinggi di tujuh benua Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar yang didukung penuh PT Mudking Asia Pasifik Raya dan Universitas Katolik Parahyangan.
Selanjutnya mereka memindahkan barang ke pesawat Twin Otter yang akan terbang selama satu jam 15 menit menuju base camp Vinson di kaki Branscomp Glacier. Dari sanalah perjalanan menuju puncak dimulai dan diperkirakan memakan waktu 15 hari.
Hiroyuki Kuraoka, pemandu gunung dari Alpen Ascent International (AAI) yang mendampingi tim mengatakan, mendaki gunung Vinson tidak terlalu mengandalkan keterampilan teknis tingkat tinggi. Dengan pengalaman di sejumlah gunung bersalju yang sudah dijalani, ia yakin tim akan berhasil.
Hiro juga sempat mengingatkan agar anggota tim yang masih muda tidak terjebak semangat dan bergerak terlalu cepat. ”Sebaiknya menggunakan ritme berjalan yang pelan dan konstan. Nafas jangan sampai tersengal. Pada umumnya anak muda yang kuat akan berjalan cepat, bahkan terlalu cepat hingga nafasnya pun semakin tersengal dan ditambah udara yang tipis cukup untuk membuatnya terkena Acute Mountain Sickness (AMS),” tuturnya.
Hal lainnya yaitu kurangnya pengalaman tim dalam perjalan melintasi gletser besar. Indonesia hanya memiliki gletser di Papua, yang ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan yang ada di Vinson Massif.