Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Abad Pabrik Gong Pancasan

Kompas.com - 22/09/2011, 14:12 WIB

BOGOR, KOMPAS.com - Ayam jantan belum berhenti berkokok, namun suaranya kalah oleh keriuhan tempaan besi di pabrik gong milik Haji Sukarna, Jalan Pancasan, Desa Pasir Jaya, Bogor, Jawa Barat.

Pagi itu tujuh pekerja telah berpeluh keringat menempa perunggu yang akan dibuat gong berukuran 50 sentimeter. Bergantian, empat orang menempa perunggu yang berpijar merah membara. Satu orang bertugas membolak-balik perunggu di atas tungku api. Dua orang menjaga nyala api yang berkobar di atas arang. Sisanya memukul perunggu bertalu-talu.

Ada dua pembakaran di dapur pengapian, masing-masing dilengkapi mesin blower untuk membuat api membara. Jangan membayangkan dapur pengapian tertata rapi. Tempat ini terasa sangat pengab dan panas, tidak ada penerangan cukup sehingga banyak nyamuk, berlantai tanah, dengan sirkulasi udara yang tidak baik.

Namun, di tempat inilah alat musik tradisional, Gamelan Degung, tercipta. Siapa sangka pabrik berukuran 17 kali 18 meter ini telah berusia kurang lebih dua abad dan dikelola turun temurun.

"Saya adalah keturunan keenam. Saat ayah saya meninggal, saya langsung menggantikan beliau untuk meneruskan usaha ini. Sudah lebih 40 tahun saya mengelola pabrik ini," kata Sukarna (85), saat ditemui di pabriknya, Kamis (15/9/2011).

Tanpa pesaing

Menurut Sukarna, dulu kawasan ini dikelilingi perkebunan coklat. Ada dua pabrik gong di sekitar tempat ini. Satu pabrik tutup karena pemiliknya meninggal. Tak ada yang meneruskan usaha pabrik itu. Jadilah, pabrik Sukarna berjalan sendiri tanpa pesaing.

"Saya ingat dulu, di Jawa Barat ini ada 6 pabrik gong, tiga di antaranya ada di kawasan Pancasan ini. Persaingan waktu itu cukup ketat, bahkan sejumlah karyawan terbaik saya sempat pindah ke pabrik lain," kata Sukarna.

Pindahnya karyawan-karyawan baik tidak membuat Sukarna patah arang. Apapun yang terjadi, mempertahankan pabrik adalah keharusan. Kualitas gong tidak boleh turun meski permintaan menurun. Konsistensi mempertahankan mutu membuat pabrik Sukarna tak pernah kehilangan pesanan.

"Setahu saya, sekarang hanya ada dua pabrik gong di pulau Jawa, satu di sini (Jawa Barat) dan satunya lagi di Solo (Jawa Tengah). Itu pun memiliki karakter gong yang sangat berbeda, sehingga memiliki pangsa pasar masing-masing" kata dia.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com