Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melongok Inggris dari Tepi Samudra Hindia

Kompas.com - 30/11/2011, 10:40 WIB

KERAJAAN Inggris Raya memang jauh, karena terpisah jarak 20.000 kilometer dari Indonesia. Namun, untuk melihat bekas peradabannya, tidak perlu jauh-jauh ke London, Hongkong, atau Singapura. Di Bengkulu, jejak peradaban Kerajaan Inggris masih berbekas.

Salah satu warisannya adalah Benteng Marlborough. Benteng yang berada di tepi pantai Kota Bengkulu-menghadap langsung ke Samudra Hindia ini merupakan salah satu peninggalan terbesar Kerajaan Inggris di Tanah Air. Bahkan, di Asia, kemegahannya ini hanya bisa ditandingi Benteng St George di Madras, India.

Benteng Marlborough menawarkan pesona yang sangat komplet bagi para pelancong. Di sini, Anda tidak sekadar bisa menapak tilas soal jejak Kerajaan Inggris, melainkan juga berpetualang menelusuri lorong-lorong dingin benteng yang sarat sejarah dan misteri sekaligus menikmati pantai yang indah.

Salah satu ornamen menarik di benteng ini adalah meriam-meriam kanon berbobot 1, 5 – 2 ton yang dibuat pada abad ke-17 hingga ke-18. Di permukaan meriam ini terukir tulisan ”British Royal”, lengkap dengan logo mahkota Ratu Inggris yang prestisius. Di meriam lainnya yang lebih kecil tercetak logo mahkota Kerajaan Belanda.

Meraba meriam-meriam yang tidak lekang dimakan zaman ini sungguh menggugah imajinasi liar kita untuk ”terbang” ke masa lampau, membayangkan pertempuran hebat antara tentara Inggris dan Perancis dalam mempertahankan Bengkulu. Atau, momen ketika Sir Stamford Raffles (Gubernur Inggris terakhir di Bengkulu) terpaksa menyerah dan menukar Bengkulu dengan Singapura kepada pemerintah kolonial Belanda.

Memori-memori rekaman sejarah ini dapat kita saksikan di dalam foto-foto, dokumen, informasi grafis, dan diorama-diorama yang tersaji di bastion-bastion (bekas ruangan perwira) yang kemudian difungsikan sebagai ruangan display atau pameran di dalam benteng ini. Di bastion ini terdapat sejumlah ruangan bekas penjara para tahanan perang atau politik.

Di bastion sebelah barat misalnya, kita bisa menemukan sebuah coretan-coretan ”prasasti” berbentuk lingkaran dan unsur arah mata angin yang dibuat seorang tahanan Inggris. ”Coretan ini, menurut cerita, dibuat oleh seorang tentara Belanda yang tidak tahan disiksa lalu mencurahkan isi hatinya lewat tulisan, yang konon ditulis dari darahnya sendiri,” ujar Redo Thomas (28), seorang pemandu wisata.

Penuh misteri

Masih di deretan ruangan pengap dan bergaung di bagian sayap barat, tepatnya di kamar nomor 2, kita dapat menjumpai sebuah keterangan tulisan yang menyebutkan ruangan ini pernah ditinggali oleh tokoh proklamator, Soekarno. ”Pada Mei 1940, persis ketika Hitler menyerang Belanda, Soekarno pernah dibawa ke Marlborough dan diinterogasi,” ujar Redo kemudian.

Ketika itu, Soekarno yang diasingkan ke Bengkulu diminta Pemerintah Belanda membuat tugu peringatan untuk menghormati mereka. Namun, dia menolaknya. Soekarno hanya sempat menyusun tiga tumpukkan batu sebagai bentuk perlawanannya. Peristiwa bersejarah ini tertulis di dalam buku Bung Karno "Penyambung Lidah Rakyat" yang ditulis Cindy Adams. Namun, keberadaan bukti tumpukkan batu ini hingga kini masih misterius.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com