Etalase Tanaman Obat di Tawangmangu itu memiliki 900 jenis koleksi tanaman obat. Mereka diambil dari 26 provinsi di Indonesia. Begitu mendengar ada jenis baru tanaman langka berkhasiat obat, peneliti akan segera mencari dan mengadopsi tanaman itu sebagai penghuni baru kebun koleksi. Upaya pengoleksian ini berpacu dengan tingginya laju pembalakan liar.
Ditilik dari segi kekayaan ragam tumbuhan herbal, Indonesia sejatinya berada di urutan nomor dua di dunia setelah Brasil. Keragaman itu terangkum di lahan koleksi tanaman herbal seluas total 15 hektar yang tersebar di tiga lokasi di Tawangmangu yang salah satunya bisa dinikmati di Etalase Tanaman Obat seluas 3.000 meter persegi itu.
Museum jamu
Puas memandangi kecantikan Vanda serta Angelica, Anda bisa berjalan kaki menyeberang Jalan Lawu untuk melanjutkan kunjungan ke Museum Jamu Nusantara dan Pengobatan Tradisional Indonesia. Museum ini menyimpan koleksi tanaman herbal yang sudah diawetkan dalam bentuk herbarium basah dan herbarium kering.
Tanaman obat yang sudah dikeringkan atau simplisia dipajang dengan cara unik, yaitu digantung di ranting pohon kering dalam stoples-stoples mungil. Stoples-stoples simplisia yang bergelantungan di pohon ini menyerupai hiasan cantik pada pohon Natal.
Di antara koleksi herbarium dan simplisia itu kita bisa menjumpai si Tabat barito (Ficus deltoidea jack) yang termasuk tanaman langka dari hutan hujan tropis di Pulau Kalimantan. Tanaman dengan buah cantik berwarna kuning ini dipercaya berkhasiat untuk meningkatkan gairah perempuan. Aih....
Ada pula pasak bumi (Eurycoma longifolia) yang kini menjadi tenar di dunia internasional sebagai viagra hutan. Negara tetangga Malaysia gencar memopulerkan pasak bumi ini dengan nama keren ”tongkat ali” yang justru lebih terkenal dibanding pasak bumi.
Selain menyajikan kekayaan tumbuhan herbal Nusantara, museum ini juga menyimpan koleksi alat tradisional pembuat jamu hingga naskah kuno yang berisi tentang ramuan obat tradisional. Foto-foto kuno perempuan Bali dan Jawa yang sedang meramu jamu menghiasi salah satu dinding ruang jamu.
Di halaman belakang museum, pengunjung masih bisa melihat kebun sejuk segar. Di sana ada budidaya Echinacea purpurea yang bisa meningkatkan kekebalan tubuh dengan bunganya yang cantik ungu. Tanaman terlarang seperti ganja (Cannabis sativa) yang berdaun menjari hingga khat (Chata edulis) sengaja ditanam dengan penjagaan ketat berupa kurungan besi berduri yang selalu dalam kondisi tergembok.
Kelengkapan koleksi tanaman obat di Tawangmangu didukung oleh sejarah panjang kebun koleksi yang awalnya bernama Hortus Medicus pada saat berdiri tahun 1948. Nama Hortus Medicus diciptakan untuk kebun koleksi tanaman obat oleh Romo Santoso dan pernah dikunjungi oleh Presiden Soekarno hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Mulai dari si cantik yang baik hati Angelica hingga si garang Chata edulis yang bisa diolah menjadi narkotika, semuanya ada di balik pekat dan dinginnya kabut Tawangmangu untuk Indonesia yang bagas, waras. (WKM/XAR)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.