Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyoman Nuarta Terbang Kembali...

Kompas.com - 18/08/2013, 20:13 WIB

Bagaimana Anda menjamin ini karena GWK sudah bukan milik Anda lagi? Tidak khawatir jalannya melenceng dari misi dan gagasan Anda semula?

Sebelum deal secara finansial, saya harus tahu siapa calon investor itu. Setelah itu, saya ajukan beberapa klausul tentang ide dan keberadaan GWK yang mengemban misi kebudayaan. Itu di atas segalanya. Kebetulan investor ini sudah menjadi perusahaan publik. Jadi, nanti publik yang bisa mengontrolnya. Kalau dia melenceng dari arah semula, imbasnya, sahamnya akan anjlok. Itu risikonya.

Apa Anda masih ada celah untuk turut mengontrol?

Mereka tadinya orang bisnis totok. Di situ peran saya akan sangat besar. Segala hal yang menyangkut kebudayaan dan berkaitan dengan GWK praktis masih di bawah kontrol saya. Itu syarat kalau kawasan ini mau berhasil. Dari awal, kan, sudah jelas kawasan ini dibangun untuk memajukan kebudayaan.

Jaminan Anda?

Kredibilitas saya sebagai seniman dipertaruhkan. Saya sudah tidak ingin apa-apa lagi. Cuma ingin meninggalkan karya untuk diwariskan kepada generasi nanti. Karya saya sudah bertebaran dari New York sampai Timor Leste. Masak buat negara dan tanah kelahiran saya tidak membuat sesuatu yang monumental. Itu murni tantangan saya sebagai seniman....

Nama Nyoman Nuarta mencuat dalam percaturan kesenian Tanah Air semasih mahasiswa memenangi sayembara pembuatan patung Proklamator di Jakarta. Ia mengalahkan para dosen dan senior-senior pematung lain. Ketika mahasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB), Nuarta turut menjadi motor Gerakan Seni Rupa Baru bersama Jim Supangkat. Karya-karyanya yang bercorak realistik dengan volume yang ringan dianggap menyempal dari arus besar seni patung yang mengutamakan dimensi bentuk di ITB sekitar tahun 1970-an.

Sejak menggarap patung Proklamator itulah Nuarta sadar bahwa pematung tidak bisa bekerja cuma sebagai seniman. ”Dia juga harus mengerti art management. Maka, saya buat perusahaan sewaktu masih mahasiswa,” tutur suami dari Cynthia Nuarta ini. Dari situ ia bergerak dan memperkenalkan patung sebagai bagian dari rancangan outdoor yang memiliki nilai estetika tinggi. Mulailah perumahan, mal, pemerintah daerah, dan beberapa negara ”menyadari” bahwa karya-karya Nuarta bisa menjadi bagian tak terpisahkan dari penataan satu kawasan. Tak heran jika kemudian patung-patung karyanya dipajang di perumahan-perumahan, mal, perkantoran, markas tentara, rumah pribadi, kedutaan, dan tempat-tempat lain yang menghargai keindahan.

Anda bahkan membangun sculpture park di Setra Duta seluas 3 hektar lebih. Untuk apa semua ini sebenarnya?

Saya tidak main-main dengan pekerjaan saya. Semua, kan, terbuka untuk publik. Begitulah seharusnya patung itu diperlakukan. Ia bagian dari cara kita menghargai keindahan pemberian semesta…. (Putu Fajar Arcana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com