Memacu Adrenalin di Gloucestershire

JIKA Anda melancong ke Inggris, lupakan sejenak ingar-bingar dan gemerlap kota London. Cobalah pergi ke Gloucestershire. Pada musim panas, daerah di barat daya London itu menawarkan hamparan pemandangan alam yang indah dan petualangan yang memacu adrenalin.

Cuaca cerah menyelimuti Bandara Heathrow pada Juli lalu. Papan informasi menunjukkan cuaca di luar 31 derajat celsius. ”Lepaskan jaket Anda. Ayo nikmati cuaca di Inggris yang hangat dan tak pernah sebaik ini,” ujar Darren (40), yang menjemput di bandara.

Ia pun antusias menceritakan soal musim panas terbaik di negaranya yang sudah berlangsung sejak awal Juni. Maklum, cuaca di Inggris biasanya selalu berubah dengan cepat. Sekalipun musim panas, hujan sering kali turun tiba-tiba.

Dalam perjalanan, Darren bercerita soal maraknya orang yang berjudi, mulai dari menyambut kelahiran anak pertama Pangeran William dan Putri Kate Middleton hingga klub sepak bola favorit. Namun, topik utama obrolan tetaplah tentang daerah yang kami tuju, Gloucestershire, 157 kilometer arah barat daya London.

”Gloucestershire adalah salah satu destinasi wisata favorit saat musim panas. Banyak wisatawan senang menikmati pemandangan indah dengan suasana khas pedesaan yang tenang,” ujar ayah dua orang putri itu.

Sikap ramah Darren menghapus rasa letih setelah hampir 14 jam terbang dari Jakarta. Apalagi, hamparan padang rumput dan bukit yang hijau di sepanjang jalan bebas hambatan begitu menyejukkan mata. Setelah berkendara selama dua jam, kami tiba di Cheltenham Spa, ibu kota Gloucestershire.

Suasana khas pedesaan Inggris pun langsung terasa. Rumah yang pada umumnya berdinding batu bata merah dengan ornamen kayu warna-warni untuk pintu dan jendela tampak asri di sepanjang jalan menuju pusat kota. Hampir tiap rumah berpagar rendah dan memiliki peternakan domba atau sapi.

Tak lama setelah melewati pusat kota, kami sampai di Ellenborough Park, salah satu penginapan terkemuka di Gloucestershire. Rumah bangsawan Inggris pada abad ke-16, Ellenborough, itu telah direstorasi dengan sentuhan modern, terutama pada desain interiornya.

Bagian luar hotel dibiarkan sesuai aslinya, seperti kastil, sehingga menjadi daya tarik tersendiri baik bagi turis domestik maupun mancanegara. Di sekitar hotel juga terdapat peternakan kuda, sapi, dan domba yang bisa dikunjungi tamu demi merasakan sensasi hidup di pedesaan.

Emilio, wisatawan dari Valencia, Spanyol, adalah salah satu dari sekian banyak turis yang menginap di hotel bintang lima itu. ”Setelah tahun lalu berlibur di Ibiza (pantai di Mallorca, Spanyol), kami ingin bersantai sambil melihat dari dekat aktivitas di pedesaan,” ujar lelaki yang datang bersama sang kekasih, Angelina.

Manajer Ellenborough Park, John Hanna, membenarkan apabila Gloucestershire menjadi salah satu tujuan wisatawan yang ingin menikmati suasana pedesaan di Inggris. Setiap libur musim panas, tingkat okupansi hotel mencapai 70 persen dari 62 kamar. ”Khusus musim panas tahun ini, hunian kamar bisa mencapai 85 persen karena cuaca di Inggris sedang bagus-bagusnya,” kata Hanna.

Medan menantang

Emilio juga berencana menguji adrenalin dengan petualangan ekstrem. Di balik suasana ”tenang” khas pedesaan, kawasan Gloucestershire menyimpan medan yang menantang untuk kegiatan off-road. Sejak tahun 1989, Land Rover memanfaatkan medan itu untuk menguji produk baru dan memberikan pengalaman bertualang bagi siapa saja yang berminat.

Karena alasan itu pula, Land Rover mengundang 30 jurnalis dari beberapa negara di kawasan Asia Pasifik untuk memperkenalkan produk terbaru, Range Rover Sport, sekaligus menjajalnya di medan yang ekstrem. Kompas menjadi salah satu media yang diundang dalam touring selama dua hari itu.

Pihak Land Rover menyediakan 15 mobil. Satu mobil diisi dua jurnalis yang mesti bergantian menyetir. Tak ada instruktur yang mendampingi di dalam mobil. Kami hanya dibekali alat penunjuk arah (GPS) untuk menuju ke sejumlah lokasi yang telah ditentukan.

Tepat pukul 08.00, touring hari pertama sejauh sekitar 400 kilometer dimulai. Dari Ellenborough Park, kami menyusuri jalan pedesaan yang sempit dan berkelok-kelok menuju tempat perhentian pertama di Sennybridge. Hamparan peternakan dan perkebunan stroberi berada di sepanjang jalan yang kami lewati.

Setelah berkendara selama 1,5 jam, kami tiba di kafe The Bell untuk minum teh. Masyarakat Inggris memiliki tradisi minum teh beberapa saat sebelum dan sesudah makan siang. Namun, pengelola kafe juga menyediakan beragam minuman, seperti kopi, air mineral, jus, dan anggur yang menjadi andalan The Bell.

Itu semua disajikan dengan sejumlah makanan kecil, seperti roti, bolu, dan kue kering. Setelah beristirahat selama 10 menit, kami melanjutkan perjalanan menuju Lembah Elan di tepi Sungai Birmingham.

Di tengah perjalanan, kami sempat singgah di perbukitan dengan jalan berkelok-kelok, mirip kawasan Puncak Pass. Kami berhenti di titik tertinggi untuk memotret pemandangan yang terlalu indah untuk dilewatkan. ”Saya akan merekomendasikan Gloucestershire kepada kerabat di Bangkok,” ujar Thusanai ”Man” Raiva, rekan seperjalanan asal Thailand.

Kekaguman kami kian membuncah ketika sampai di tepi Sungai Birmingham. Cahaya sinar matahari yang jatuh ke sungai memantulkan kilau keemasan ke dinding lembah. Makan siang dengan sepiring lasagna ayam pun terasa nikmat ditemani keelokan karunia sang pencipta itu.

Setelah 6 jam menghabiskan waktu di atas jalan, kini tiba saatnya mencoba performa mobil di lintasan off-road. Kami masuk ke kawasan hutan di Eastnor, tak jauh dari kantor Land Rover. Di dalam hutan pinus itu, kami melewati jalanan berlumpur yang licin, naik dan turun bukit dengan kemiringan 60 derajat, bahkan masuk ke sungai sedalam 80 sentimeter.

Seorang instruktur selalu mengarahkan kami sebelum menjajal sesi demi sesi. Meski medannya ekstrem dan tak semua jurnalis mahir dalam off-road, seluruh tahapan berlangsung dengan aman. ”Medan off-road disiapkan untuk paket wisata sehingga faktor keamanan amat diperhitungkan,” kata Manajer Land Rover Asia Pasifik Russell M Anderson.

Kerikil dan pasir

Pada touring hari kedua yang berjarak tempuh 193 km, para peserta kembali menjajal off-road. Sejak pagi, peserta langsung berkendara di kawasan hutan untuk mencoba medan berpasir, berkerikil, dan bergelombang. Ada pula sesi mencoba medan berlumpur sambil menghindari ratusan pohon pinus yang jaraknya berdekatan.

Setelah itu, kami mampir minum teh di Sezincote. Sezincote adalah bangunan dengan desain arsitektur neo-mughal pada abad ke-17. Di gedung yang berkubah mirip masjid itu, kami menikmati teh dengan beragam jenis kue, seperti cheese scones, danish pastries, lemon driggle, dan fruit cake. Peserta touring pun tak kuasa menahan keinginan untuk berfoto diri di pelataran taman bergaya Renaisans yang indah itu.

Seusai rehat minum teh, kami bergegas menuju perhentian pamungkas di Bandara Cotswold. Di bandara yang melayani rute domestik Inggris itu, Land Rover menyewa sebagian lahan bandara, termasuk landasan, dan memiliki dua pesawat jenis Airbus.

Yang menarik, pesawat itu digunakan untuk sarana aktivitas ekstrem dan museum. Pesawat didesain sedemikian rupa untuk medan-medan menantang yang memacu adrenalin. Tiap peserta merasakan sensasi naik ke dalam pesawat dengan kemiringan 60 derajat dan menjajal rintangan yang mustahil dilakukan mobil non-4WD.

Rekan jurnalis asal Jepang, Shintaro Watanabe, terkesan dengan cara Land Rover mengakhiri touring. ”Mereka sukses memberikan kejutan yang sangat keren,” katanya.

Land Rover menyediakan tiga paket wisata yang memacu adrenalin itu. Paket setengah hari ditawarkan seharga 225 pounds per orang (sekitar Rp 3,2 juta). Adapun paket satu hari dan profesional dijual dengan harga Rp 4,7 juta dan Rp 5,3 juta per orang. (ASWIN RIZAL HARAHAP)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.