Anda juga bisa naik ke Bukit Bendara, atau menuju ke kuburan Bugis dengan menaiki tangga seribu. Anda juga bisa menikmati pemandangan dari serambi Masjid yang berada di dataran tinggi di Pulau Sambu. Konon, masjid ini merupakan salah satu masjid terbaik yang dimiliki Kota Batam.
Saat Kompas.com berkunjung, empat AC yang terletak di dalam masjid berfungsi. Padahal keadaan masjid kosong tanpa kegiatan.
Bukan hanya menikmati gedung-gedung tua yang kosong, Anda harus mampir ke pantai Pulau Sambu yang sangat memesona. Selain deretan vila kosong yang mempunyai arsitektur khas Melayu di pinggir pantai, Anda juga bisa melihat dengan jelas Singapura termasuk gedung pencakar langitnya. Belum lagi kapal-kapal yang melintas di jalur pelayaran internasional di Selat Singapura akan semakin membuat Anda berdecak kagum dengan keindahan Indonesia.
Pantai Pulau Sambu relatif sepi, hanya beberapa pengunjung yang biasanya datang secara berkelompok. "Banyak mahasiswa-mahasiswa dari Batam ataupun keluarga. Ramainya sih biasanya pada hari libur atau akhir pekan," tambah Pitor.
Jika Anda bersedia jalan sedikit dari selatan ke ujung utara menyusuri pantai pesisir timur Pulau Sambu, Anda akan menemukan lapangan bola yang cukup luas, serta golf driving range. Bayangkan, pulau sekecil Sambu memiliki golf driving range sendiri. Luar biasa!
Markas KKO
Pada tahun 1963-1966, Pulau Sambu menjadi markas Komando Korps Operasi (KKO). "Waktu itu zaman masa konfrontasi ganyang Malaysia," cerita Hadi (67) warga Sambu kepada Kompas.com. Saat itu kilang minyak dikuasai Inggris namun operasional tetap dijalankan oleh Shell Company.
Ia menceritakan dulu sempat membuat lubang perlindungan karena takut ada pesawat Inggris yang menyerang. "Sekarang lubangnya sudah hilang. Tertimbun. Dulu warga sini dan pasukan kerja sama mempertahankan Sambu," kenangnya.
Sementara itu dalam buku "Usman dan Harun Prajurit Setia" yang ditulis Al Lettu Laut Drs Murgiyanto pada tahun 1989, Serda Usman dan Kopral Harun menyusup ke Singapura melalui Pulau Sambu dengan menempuh jarak 9 mil pada 8 Maret 1965. Dalam buku tersebut, dijelaskan mereka menggunakan perahu karet dengan mendayung.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.