Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Situs Megalitikum Dusun Sokoliman

Kompas.com - 07/07/2014, 15:29 WIB

Dari penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa manusia berbudaya menhir batu telah mengenal benda perunggu. Dalam penelitian itu, Koningwaltz menemukan peralatan upacara kubur di kuburan batu Sukoliman.

Dia menambahkan, saat ini masih banyak menhir dan kubur batu yang berada di luar areal situs. Kondisi batu-batu di luar situs itu mengkhawatirkan karena tidak diawasi secara langsung. ”Banyak batu yang rusak karena faktor alam dan ulah manusia, misalnya tak sengaja terkena cangkul,” kata dia.

Warto Yuwono (62), warga Dusun Sokoliman II, menuturkan, warga setempat tak banyak paham soal makna sejarah batu-batu tersebut. Warga justru masih kerap beranggapan batu-batu besar itu sebagai benda keramat.

Oleh karena itu, beberapa warga masih enggan memindahkan batu-batu di ladang mereka ke tempat lain. Hal itu sebenarnya ”menguntungkan” karena warga tak berani menjual batu-batu tersebut.

Namun, keengganan warga tersebut juga membuat pengawasan terhadap peninggalan bersejarah kadang lebih susah dilakukan. ”Karena itu, kadang kalau warga khawatir menhir di lahan mereka rusak, mereka minta supaya batu tersebut dipindahkan ke areal situs,” kata Warto.

Sugito menambahkan, warga juga ikut berpartisipasi menjaga berbagai peninggalan bersejarah di areal situs. Caranya dengan mewaspadai kedatangan orang-orang yang mencurigakan ke wilayah itu. ”Kalau ada orang malam-malam datang ke areal situs, warga pasti membuntuti karena takut mereka mau mencuri atau bagaimana,” kata dia. Pada hari-hari biasa, jumlah pengunjung yang mendatangi situs itu hanya sekitar 50 orang per bulan. Sebaliknya, pada masa liburan sekolah, jumlah pengunjung melonjak menjadi ratusan orang.

”Kebanyakan yang berkunjung ke sini memang para pelajar, baik SD, SMP, maupun SMA. Biasanya mereka datang berombongan,” kata dia. (Haris Firdaus/Ferganata Indra Riatmoko)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com