”Idenya, para joki bisa menyalurkan hobi berkudanya, tetapi mereka juga berhak terus belajar,” kata Yossy Dwi Erliana, Direktur Pusat Pengembangan Psikologi Terapan Fakultas Psikologi UTS.
Home schooling (kini disebut Sekolah Komunitas Joki Kecil) itu untuk ketiga kalinya setiap ada turnamen di arena balap ”Angin Laut”. Jumlah peserta didik sekitar 30 orang kendati mendekati babak final berkurang, karena joki yang tersisih segera pulang kampung.
Untuk merekrut siswa, dilibatkan 30 mahasiswa UTS sebagai relawan yang bertugas sebagai guru, mendata jumlah joki dari tenda ke tenda sekaligus memberikan informasi kepada orangtua joki agar diizinkan mengikuti kegiatan belajar, lalu mengumpulkan dan menjemput para joki sebelum proses belajar dimulai: pukul 18.30 hingga pukul 20.30.
Tidak sedikit joki yang malu-malu, malah menolak diajak belajar, tetapi para relawan dengan pendekatan persuasif, para joki rutin mengikuti ”pendidikan singkat” itu.
Materi pembelajarannya berupa membaca, menulis, dan berhitung, yang ternyata banyak joki terbata-bata bahkan tidak bisa membaca.
Para joki diajari mengenali suara hewan (kuda, kambing, kucing, dan sapi) sekaligus menggambar jenis-jenis ternak itu, lalu membuat prakarya dari kertas (origami) dan bermain hula hoop. Para relawan berupaya membawa suasana belajar seperti halnya mereka bermain.
Para joki pun diajari mengaji, etika berbicara, bertegur-sapa dengan teman sebaya dan yang lebih tua usianya, ditanamkan pula rasa solidaritas mengingat sikap individualistis yang didapat saat berkompetisi dibawa pula dalam pergaulan di luar arena pacu.
Berdasarkan pengamatan Ilmiyati Zain, Dekan Fakultas Psikologi UTS, dari pembelajaran yang dilakukan terlihat ada perubahan sikap dan perilaku para joki. Misalnya, menyapa para relawan yang semula dengan kata ”hoi”, mereka kemudian menggantinya dengan kata kakak atau ibu guru. Mereka pun bisa mengucapkan salam, mencium tangan, atau sekadar berjabat tangan setiap kali bertemu dengan para relawan.
Jika menginginkan sesuatu, seperti makanan kecil, para joki minta izin kepada si pemilik. ”Awalnya, jangankan bilang terima kasih, makanan yang kita pegang dirampas,” ujar Yossy, yang senang melihat perubahan sikap dan perilaku para joki.
Walhasil, sumbangsih para relawan untuk para joki ini tidak sia-sia. Ada manfaat yang dirasakan para joki. (KHAERUL ANWAR)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.