Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lombok Menenun Keindahan

Kompas.com - 03/11/2014, 16:58 WIB
Oleh: Sri Rejeki dan Dwi As Setianingsih

PARA petenun berulang kali melafalkan ”subhanallah”, Maha Suci Allah, ketika mengerjakan motif kuno yang luar biasa rumit. Demikian pula para pemakainya. Mereka spontan mengucapkan ”subhanallah” ketika melihat hasil karya tenun Lombok yang demikian indah.

Dari ungkapan kekaguman terhadap kebesaran Allah itu, lahirlah motif yang disebut subahnale. Motif subahnale berupa susunan geometris segi enam seperti sarang lebah dengan isian bunga. Motif ini merupakan salah satu motif kuno di Lombok. Kerumitan dan keindahan motifnya diakui dunia.

Kain-kain terbaik itu digunakan untuk upacara khusus atau beribadah. Seperti yang dikenakan pasangan Samsudin (30) dan Aliyah (30) yang melaksanakan upacara di Desa Labuapi, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, pertengahan Oktober lalu.

Pengantin perempuan mengenakan kain tenun songket bermotif subahnale bertumpal dipadu kebaya modifikasi yang panjang menjuntai hingga mata kaki. Pengantin pria menggunakan kain songket motif serupa.

Pasangan bahagia itu banyak menebar senyum. Meski wajah berhias peluh, keduanya melangkah penuh percaya diri di bawah naungan payung bernuansa emas. Musik tradisional Lombok menemani langkah keduanya yang diiringi puluhan kerabat, keluarga, dan tetangga.

Dalam masyarakat Lombok, terdapat tradisi yang disebut nyongkolan, yaitu pengantin pria mengantar pengantin perempuan mengunjungi rumah orangtuanya setelah rangkaian akad nikah dan resepsi dilaksanakan. Rombongan berangkat menumpang mobil lalu turun untuk berjalan kaki ketika mendekati rumah orangtua pengantin perempuan.

Para pengiring juga mengenakan baju lambung yang terbuat dari kain tenun hitam polos dengan tepi berhias kain songket dipadu bawahan berupa kain tenun ikat atau songket. Kain ini dikenakan di pinggang dengan bantuan lilitan sabuk anteng, semacam setagen berupa kain tenun ikat bermotif segitiga.
Lahir sampai mati

Meski sudah jauh berkurang karena alasan kepraktisan, kain tenun di Pulau Lombok masih dipakai dalam upacara adat. Seperti pada acara peraq api atau puput pusar bayi, berkuris (mencukur rambut bayi), sorong serah aji krama (penyerahan kain tenun dari keluarga mempelai pria kepada keluarga istri), dan besunat (khitan).

Untuk keperluan sehari-hari, kain tenun dipakai untuk menggendong anak, selimut, beribadah, dan penutup jenazah. Pendek kata, sebagaimana kain tenun di belahan Nusantara, kain tenun Lombok juga mewarnai perjalanan hidup seorang manusia sejak lahir hingga mati.

Budayawan Lombok, L Agus Fathurrahman, menuturkan, bagi orang Sasak yang merupakan penduduk asli Pulau Lombok, kain tenun berkaitan dengan banyak aspek dalam budaya mereka. Bahkan, untuk menenun harus didahului dengan upacara meski kini sudah tak lagi dijalankan, kecuali di beberapa daerah untuk pembuatan kain umbaq.

”Seseorang lahir dibuatkan tenun umbaq berupa kain bermotif garis-garis dengan rumbai yang diikat dengan kepeng bolong atau uang logam berlubang. Kain yang dipakai untuk menggendong anak ini sebagai simbol kasih sayang dan penuntun hidup. Kain ini dipegang (disimpan) si anak hingga ia meninggal,” kata Agus.

Di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, perempuan masih mengikuti aturan adat bahwa mereka baru diperbolehkan menikah jika sudah pandai menenun. Mereka disyaratkan untuk menenun setidaknya satu helai kain yang nanti akan diberikan kepada calon suami, seperti diungkapkan Lale Mainah (67) yang menenun sejak usia 12 tahun. Ia membuat dua lembar kain untuk calon suami dan dirinya sendiri.

Namun, tak semua perempuan Sasak memegang teguh adat ini. Perempuan di Desa Ungga,
Lombok Tengah, sudah tidak terlalu terikat dengan adat ini. Meski demikian, belajar menenun sudah menjadi kebiasaan di Lombok yang dimulai sejak anak perempuan berusia belasan tahun. Apalagi kemudian terasa manfaatnya, keterampilan menenun bisa dijadikan jawaban memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga meski tidak semua menjadikannya sandaran utama.

Ketika musim tanam dan panen, aktivitas menenun biasanya berhenti karena perempuan turun ke sawah. Penghasilan dari bekerja di sawah mencapai Rp 25.000 per hari. Bandingkan dengan menenun yang dalam sebulan hanya memperoleh
Rp 200.000-Rp 500.000 karena rata-rata satu orang hanya bisa menyelesaikan satu kain tenun dalam satu bulan.
Ikat dan songket

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Travel Update
Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Travel Update
Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Jalan Jalan
Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Travel Update
Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Jalan Jalan
YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Jalan Jalan
Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Jalan Jalan
Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Travel Update
Pendaki Penyulut 'Flare' di Gunung Andong Terancam Di-'blacklist' Seumur Hidup

Pendaki Penyulut "Flare" di Gunung Andong Terancam Di-"blacklist" Seumur Hidup

Travel Update
10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

Jalan Jalan
Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Travel Tips
Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com