Kecintaan pada sambal juga menghinggapi penyanyi dan pemain film Maudy Ayunda (19). Setiap hari, di meja makan, harus ada sambal di meja makan. ”Favoritku sambal terasi. Enaknya luar biasa. Pakai nasi putih sama lauk apa saja sudah enak. Jadinya pengin nambah terus,” ujarnya.
Saat kuliah di Oxford, Inggris, Maudy masih rindu makan sambal terasi. ”Duh, rasanya gimana gitu. Tersiksa banget kalau lagi kangen makan sambal,” kata Maudy.
Ahli kimia pangan Fakultas Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor, Nuri Andarwulan, mengatakan, cabai adalah makanan yang berfungsi sebagai pembangkit selera. Sifatnya menambah cita rasa makanan sehingga memacu peningkatan asupan makanan. Rasa pedas cabai berasal dari kapsaicin yang konsentrasi tertingginya berada di sekitar biji dan tangkai biji cabai.
”Selama tidak ada efek berarti, konsumsi cabai dalam jumlah besar tidak akan menimbulkan masalah. Namun, bagi sebagian orang, kapsaicin juga bisa bersifat racun, khususnya bagi yang tidak tahan rasa pedas. Kapsaicin bisa mengiritasi usus dan menyebabkan diare. Jadi, silakan ditakar sesuai dengan kondisi masing- masing,” kata Nuri.
Tobat cabai
Banyaknya penggemar sambal menjadi inspirasi bagi Yoyok Hery Wahyono (41) yang membuka Waroeng Spesial Sambal (SS) di Yogyakarta tahun 2002. Meski sempat ditertawakan orang saat membuka warung pertamanya, kini Yoyok telah memiliki 63 cabang di 31 kota di Indonesia.
Sejak awal Yoyok memang ingin membuka warung dengan ikon sambal. Salah satu alasannya, berdasarkan pengamatan kala itu, belum banyak warung makan di Yogyakarta yang bisa memuaskan cita rasa para penggemar sambal. ”Sambal yang disajikan kebanyakan warung di Yogyakarta waktu itu justru cenderung manis. Saya punya keyakinan bahwa penggemar sambal itu banyak,” kata Yoyok.
Ia juga meyakini bahwa sambal bisa menjadi penentu kenikmatan ketika makan. ”Ini berdasarkan pengalaman saya sebagai maniak sambal. Saat saya makan, lauknya bisa apa saja, tetapi harus ada sambal. Kebanyakan penggemar sambal jarang yang bisa bertobat,” katanya.
”Rasa pedas pada sambal itu kemungkinan memberi efek kecanduan dalam arti positif sehingga orang yang terbiasa makan sambal biasanya jarang mau lepas. Makanya, ada istilah kapok lombok alias tobat cabai,” tutur Yoyok.
Saat ini, omzet Waroeng SS mencapai Rp 600 juta per hari. Dari angka itu, sebanyak 22 persen dihabiskan untuk membayar gaji pegawai sekitar 2.500 orang.
Setelah 12 tahun Waroeng SS berdiri, banyak warung makan di Yogyakarta menjadikan sambal sebagai daya tarik utama. Salah satu indikatornya, banyak warung makan yang namanya ”mengandung” kata sambal, cabai, rawit, atau lombok.
Fenomena seperti ini juga tumbuh di sejumlah kota, termasuk Jakarta dan Bandung. Bukti sambal telah menguasai hajat hidup orang banyak. Huah.... (DOE/CHE/EKI/MHF/HRS)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.