Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Antara Karika dan Purwaceng

Kompas.com - 05/12/2014, 16:21 WIB
SEJUMLAH pekerja tampak sibuk memproduksi sirup karika, oleh-oleh khas Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Dalam kemasan gelas plastik kedap, ada potongan daging buah karika dan larutan manis. Ada yang merah, yakni manisan karika bercampur sari bit. Ada pula yang kuning, yakni tidak dicampur sari bit.

Begitulah sekelumit suasana yang direkam saat mengikuti perjalanan jurnalistik pada akhir September lalu. Perjalanan ini dimulai dari Bandar Udara Soekarno-Hatta ke Bandar Udara Adi Sutjipto, Selasa (30/9/2014) pagi. Setiba di ”Kota Gudeg”, Yogyakarta, perjalanan berlanjut ke Balai Pengelola Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo untuk wawancara. Kemudian, perjalanan berlanjut ke Dataran Tinggi Dieng dan sempat makan siang di Magelang.

Sekitar pukul 16.30, rombongan tiba di Kilometer 42 Jalan Dieng, Patak Banteng, Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah. Saat itu, suhu udara 18-20 derajat celsius. Di samping kaki berdiri ada deretan pohon karika atau pepaya gunung. Di seberang adalah pabrik skala mikro Exotic Carica.

Mengusir penat

Menyedot larutan manis dari air, sari bit, dan gula pasir sungguh menyegarkan dan mengusir penat. Daging buah karika kenyal, segar, dan manis. Rasa serupa didapat ketika menikmati manisan karika yang kuning.

Tak lama kemudian, perjalanan dilanjutkan melihat petak ladang karika dan terung belanda di kaki Gunung Prau, Dieng, Kejajar. Petak itu berbeda di antara lainnya yang didominasi kentang. Petak budidaya karika dan terung belanda yang dikelola oleh Gabungan Kelompok Tani (CBO) Perkasa itu adalah contoh petani Dieng mulai berani meninggalkan ketergantungan pada budidaya kentang. Dari jalan aspal, mencapai petak itu perlu meniti pematang di lereng berkemiringan 60 derajat (curam).

Menurut Ketua CBO Perkasa Maaruf, budidaya kentang tidak ramah lingkungan. Hampir seluruh bukit bahkan yang curam dibabat dan ditanami kentang. Cara tanam tidak dengan terasering, tetapi lurus menghunjam mengikuti kontur. Di bukit yang curam, cara tanam itu mengakibatkan erosi. Dalam erosi, yang terbawa tidak cuma tanah, tetapi unsur hara penyubur. Tidak heran, produktivitas kentang kian anjlok. Biarpun digenjot dengan pemakaian pupuk kimia dan pestisida, produktivitas tetap rendah, tanah jenuh dan kritis.

Selepas maghrib, kunjungan dan wawancara di petak itu berakhir. Perjalanan berlanjut menuju penginapan (homestay) Kenari di Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara. Tubuh yang letih karena perjalanan dan kegiatan perlu diistirahatkan. Perut yang lapar perlu diisi.

Penginapan itu sederhana, tetapi apik dan resik. Udara kian dingin saat malam. Tiada nyali untuk mandi air dingin saat malam. Tubuh yang sudah letih membuat malas mandi meskipun pemilik penginapan menyediakan air hangat. Yang tidak bakal dilewatkan tentu santap malam. Menu cukup menggiurkan, yakni mi rebus, ayam goreng, kentang goreng, nasi, lalapan timun, kerupuk, dan sambal cabai dieng yang gemuk seperti paprika dan lumayan pedas. Penawar dahaga ialah teh atau kopi sekaligus untuk pengusir dingin yang menusuk tulang.

Seusai makan, tiada yang lebih enak selain merebahkan badan yang terasa rontok. Siaran di televisi bahkan laga Liga Champions gagal menggoda tubuh berjaga. Kasur, bantal, dan selimut lebih menggoda. Maklum, dini hari tubuh harus bangun dan berangkat untuk menikmati keindahan matahari terbit dari puncak bukit.

Keindahan

Rabu (1/10/2014) pukul 03.30, tubuh sudah bangun dan bersama rombongan melanjutkan kegiatan menuju Puncak Sikunir, Sembungan, Kejajar, Wonosobo. Pendakian ke Puncak Sikunir ditempuh sekitar 500 meter dari area parkir di tepi Telaga Cebong. Pendakian itu berlangsung 15 menit bagi mereka yang berlari meskipun sampai di puncak terasa termehek-mehek.

KOMPAS.com / FIKRIA HIDAYAT Matahari terbit di belakang Gunung Sundoro terlihat dari Bukit Sikunir, Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, Sabtu (1/11/2014). Dieng menawarkan keindahan sekaligus ancaman, karena dataran tingginya terbentuk dari gunung berapi yang kini masih mengeluarkan gas.
Pukul 04.50, setelah 15-25 menit berlari dan jalan cepat dengan napas tersengal, kaki menginjak Puncak Sikunir (2.350 mdpl). Tubuh istirahat, sementara mata memandang cakrawala yang mulai merona dengan semburat magenta, jingga, dan lembayung. Pukul 05.05 adalah waktu kamera pertama kali mengabadikan suasana matahari terbit.

Sayang, sampai satu jam kemudian, langit berkabut. Dari lokasi cuma Gunung Sindoro yang terlihat. Padahal, jika langit lebih cerah, Gunung Sumbing, Gunung Merbabu, dan Gunung Merapi bisa terlihat. Di Puncak Sikunir, ada penjual makanan dan minuman. Segelas serbuk jahe seduh cepat saji senilai Rp 4.000 cukup lumayan menghangatkan badan yang ditusuk udara dalam suhu 10 derajat celsius.

Seusai menikmati Puncak Sikunir, perjalanan berlanjut turun untuk menikmati pemandangan Telaga Cebong, menyantap semangkuk mi rebus cepat saji, dan membeli kupluk Dieng untuk oleh-oleh. Dalam perjalanan pulang, kendaraan rombongan berhenti di gapura Sembungan. Di gapura itu ada tulisan Desa Tertinggi di Jawa. Klaim yang masuk akal karena desa berada di ketinggian 2.305 mdpl.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Jalan Jalan
Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Travel Update
5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

Travel Tips
Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Travel Update
4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

Travel Tips
KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Travel Update
Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Travel Tips
Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Travel Tips
Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Travel Update
Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Travel Update
Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Travel Update
Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut 'Flare' di Gunung Andong

Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut "Flare" di Gunung Andong

Travel Update
Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com