Perjalanan berlanjut ke Wana Wisata Petak 9, Dieng, Kejajar, yang dikelola dari hasil kerja sama antara LMDH Alam Lestari dan Perum Perhutani. Kawasan tumbuhan seluas 7 hektar itu sedang ditata untuk menjadi semacam kebun raya. Di sini, mendakilah ke Puncak Sidengkeng untuk melihat keindahan Telaga Warna dan Telaga Pengilon di bawah.
Kemudian, perjalanan berlanjut ke Kompleks Candi Arjuna, Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara. Nikmatilah kompleks seluas 1 hektar dengan keberadaan Candi Arjuna, Semar, Srikandi, Puntadewa, Sembadra, dan Setyaki yang ditemukan pada abad ke-18 oleh tentara Belanda, Theodore van Elf, dan kini menjadi salah satu lokasi perayaan Galungan.
Sayang, baterai kamera tipis dan habis sehingga tidak leluasa mengabadikan percandian yang dibangun di masa Kerajaan Kalingga pada abad ke-8 itu. Sudahlah, yang penting keindahan kompleks ini masuk dalam memori otak yang abadi.
Di dekat gerbang percandian, berderet warung yang tertata rapi. Untuk mengobati rasa lapar, belilah kentang goreng yang bisa ditambahi bumbu serbuk barbekyu, keju, pedas, asin, dan manis. Segelas purwaceng susu, teh, atau kopi yang amat khas dari Dataran Tinggi Dieng rasanya sempurna sebagai teman mengudap di warung.
Pemilik warung sempat melontarkan jawaban menggoda saat ditanya khasiat purwaceng. Apakah benar bisa menambah daya tahan seksual di ranjang? Dengan terkekeh pemilik warung mengangguk. ”Bahaya, lho, Mas kalau habis minum ini tidak ada teman di ranjang,” katanya disambut gelak tawa pengunjung.
Sebenarnya khasiat purwaceng tidak melulu terkait urusan ranjang. Minuman khas dari akar, batang, dan daun purwaceng ini berkhasiat menghangatkan badan dan menjaga stamina. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dan Pemerintah Kabupaten Wonosobo sampai mengampanyekan purwaceng agar diminum secara rutin mengingat khasiat dan potensinya. Ah, yang jelas, minuman ini amat langka di Jabodetabek.
Dari percandian, rombongan kembali ke penginapan untuk berkemas dan makan siang. Menu makan siang tidak berbeda dengan menu santap malam. Selanjutnya, perjalanan berlanjut ke CBO Margomulyo di Kepakisan untuk mendengar cerita budidaya purwaceng dan CBO Wana Lestari di Pekasiran untuk mendengar cerita budidaya eukaliptus. Kedua CBO ini berada di Batur, Banjarnegara.
Kemudian, rombongan menuju CBO Tani Asri di Pegundungan, Pejawaran, Banjarnegara. Di sini ada cerita budidaya kopi, desa mandiri energi gas alam, pembuatan nasi jagung dan nasi tiwul cepat saji, keripik talas dan singkong. Inilah lokasi terakhir yang dikunjungi di Dataran Tinggi Dieng.
Sekitar pukul 17.00 saat hujan deras turun, perjalanan di Dataran Tinggi Dieng pun berakhir. Rombongan pulang ke Jakarta melalui Yogyakarta. Dalam perjalanan ke ”Kota Gudeg”, rombongan mampir santap malam di Mie Ongklok Longkrang, Jalan Pasukan Ronggolawe, Wonosobo. Satu porsi makanan itu terdiri atas mi kuning, sayuran, dengan kuah kental kenyal dari tepung kanji, gula aren, dan ebi ditambah bumbu kacang sate sapi berikut sepuluh tusuk sate sapi yang gurih dan lezat. Makanan tradisional dan khas itu sempurna sebagai penutup perjalanan sebelum beristirahat di Yogyakarta untuk kembali ke Ibu Kota. (Ambrosius Harto)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.