Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita tentang Secangkir Teh

Kompas.com - 09/12/2014, 10:37 WIB
TEH yang disuguhkan Oza Tea House memendam cerita. Tinggal pilih satu racikan, lalu nikmatilah seduhannya sembari menyimak kisahnya. Dalam setiap regukan teh, penikmat bisa menemukan jati diri.

Anisa Kemita (25) ditemani rekannya, Indah Neemara (22), bersantai sore sambil ngeteh di Oza Tea House, Bandung. Teh menjadi pilihan karena bisa diseruput sambil berlama-lama ngobrol. Perbincangan tak terasa mengalir hingga berjam-jam, apalagi ditemani penganan mungil yang tertata apik dalam wadah tinggi bertingkat.

Seteguk teh apel mengawali perbincangan ketika Neemara bercerita tentang kebiasaan ngeteh di keluarga besarnya. Kakek-neneknya punya tradisi minum teh di sore hari. Ketika mata mulai berat karena lelah dan kantuk bekerja seharian, sang nenek biasanya akan memanggil cucu-cucunya, ”Ayo, siapa yang mau teh?”

Kenangan teh sore bersama nenek itu terus disimpan Neemara hingga sekarang. Rasanya, selalu ada yang kurang jika menghabiskan sore tanpa secangkir teh. Kebiasaan dari kecil itu pula yang ditularkan kepada sahabat dekatnya, Anisa. ”Ternyata asyik juga santai minum teh gini. Rasanya tenang,” tambah Anisa yang kali ini mencoba teh stroberi.

Bukan hanya Anisa dan Neemara, rumah teh dua lantai di Jalan Diponegoro, Kota Bandung, ini selalu dijejali anak-anak muda yang penasaran ingin mencicipi teh dalam wujud berbeda dari yang biasa dikenal. Sajian teh di Oza Tea House tak sekadar diseduh lalu ditambah gula.

Pemilik Oza Tea House, Oza Sudewo, menghampiri meja kami setelah seharian berkutat mengurusi promosi rumah tehnya di pergelaran Bandung International Tea Convention, 3-4 November. ”Minum teh dulu biar konsen,” kata Oza.

Pilihan Oza kali ini jatuh pada genmaicha, teh asal Jepang. Genmaicha dalam bahasa Jepang bermakna beras. Untuk membuat genmaicha, teh dicampur dengan beras tradisional Jepang sehingga menumbuhkan aroma harum beras yang disangrai. ”Enak untuk yang mau terjaga, mau meditasi, bisa bikin fokus,” tambahnya.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG Classic Orange
Kepada para pencinta teh, lewat rumah tehnya, Oza ingin membagikan pengalaman bahwa teh tak sekadar penghilang haus. Setiap jenis teh punya khasiat serta peruntukannya masing-masing.

Cermin karakter

Teh bahkan bisa merepresentasikan karakter peminumnya. Bagi mereka yang konservatif, elegan, dan sederhana, prince of java bisa menjadi pilihan terbaik. Prince of java alias pangeran jawa ini dibuat dari olahan teh genmaicha dengan pemanis daun pandan. Seteguk prince of java menghadirkan kelembutan yang sederhana.

Anda merasa kurang jantan dengan prince of java? Sebaiknya coba grey dragon yang menumbuhkan kesan maskulin. Grey dragon diolah dari white tea alias teh putih. Teh putih ini menempati derajat tertinggi karena diolah dari kuncup daun teh yang belum terbuka. Kualitas terbaik dari teh putih juga bisa diteguk dari silver needle white tea yang beraroma sangat menenangkan dan lembut.

Bagi pencinta teh yang datang berpasangan, menu teh spesial buat berdua pun tersedia. Buat si lelaki, racikan hugo victor menghadirkan teh yang dicampur kuning telur ayam kampung plus madu. Bagi perempuan, hiruplah teh istimewa sutra ungu dari campuran bunga kamomil dan sirop ungu serta jeruk lemon.

Di antara deretan beragam racikan teh, morning spirit menjadi pilihan terlaris. Teh ini dibuat dari racikan teh hijau yang dicampur dengan aroma buah mangga. Rasa ringan dari teh hijau menjadi sempurna dengan rasa asam segar mangga serta jeruk italia dan ditambah dengan racikan bunga mawar.

Kejutan manis dalam penyajian dipresentasikan ketika pelanggan memesan honey lime fire yang dibuat dari kekayaan teh hitam yang merupakan produksi utama teh Indonesia. Di bawah iklim tropis, teh hitam produksi Indonesia unggul karena warna seduhan lebih pekat dengan rasa yang kuat. Teh ini semakin terasa Indonesia dengan campuran madu, daun mint, soda, serta limun karamel.

Meski setiap teh punya ceritanya sendiri, Oza sengaja belum menuliskan seluruh karakteristik setiap teh dalam buku menu. ”Belum ditulis di menu karena saya lebih senang menyampaikan secara lisan,” ujar Oza yang memang gemar menyapa pelanggannya lalu menceritakan kisah dalam setiap cangkir teh.

Zona nyaman

Untuk meracik teh lalu menambahkan beragam buah-buahan, seperti stroberi dan apel, tidak bisa asal-asalan. Peracik teh di Oza Tea House, Efran, mengatakan, setiap teh memiliki karakteristik yang tak sama. ”Masih belajar. Enggak nyangka teh ternyata bakal banyak gini. Di kafe lain standarnya paling teh kamomil, melati,” ujarnya.

Bagi Efran, belajar meracik teh menjadi sebuah pengalaman baru yang mengasyikkan. Ia antara lain harus mengidentifikasi kotak-kotak berisi beragam teh dengan cara mencium aroma tehnya. ”Butuh eksperimen. Sesama teh hijau saja rasanya beda,” tambah Efran.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG Hugo Victor (kiri) dan Sutra Ungu.
Ada sekitar 18 jenis teh sebagai bahan racikan yang lima di antaranya merupakan teh lokal. Meski keragaman jenis teh lokal tidak begitu banyak dibandingkan dengan teh impor, kuantitas pemakaian teh lokal ini justru lebih mendominasi. Dari 18 jenis itu, saat ini sudah lahir lebih dari 200 resep teh baru.

Tak hanya menyuguhkan keunikan teh dalam berbagai varian rasa, Oza berusaha memberikan sentuhan visual yang menarik pada teh. Gelas-gelas yang dipakai, misalnya, beragam bentuk dan indah dipandang. Oza juga membubuhkan angka 1835 pada nama rumah tehnya sebagai pengingat bahwa pada tahun 1835 teh dari Indonesia pertama kali menembus pasar Amsterdam.

”Saya jatuh cinta karena teh bisa ngasih semacam sanctuary. Ketika butuh waktu menahan diri dan ingin bercengkerama dengan diri sendiri, teh apa pun asal bisa memaknai. Enggak bisa buru-buru kalau menikmati teh. Coffee to go, tea to stay,” kata Oza. Mari nikmati merah senja dengan secangkir teh... (Mawar Kusuma)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com