Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Kepingan Sejarah Musik di Lokananta

Kompas.com - 08/02/2015, 13:04 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

Setiap barang di Lokananta bagaikan emas yang terkubur. Salah satunya adalah ruangan penyimpanan koleksi piringan hitam. Ruangan ini adalah pusat mahakarya musik di era kelahirannya. Lima rak terbuat dari besi berjajar menampung ribuan piringan hitam.
Koleksi seperti Waldjinah, Orkes Aneka Warna, Orkes Kerontjong Tjendrawasih, Zaenal Combo, dan masih banyak yang lainnya dapat ditemukan di sini.

"Di ruangan ini, juga tersimpan master lagu Indonesia Raya dan lagu-lagu artis lainnya," ujar Bekti.

Di dalam ruangan cukup terasa pengap. Debu-debu serasa menyelundup ke paru-paru. Bahkan suhu ruangannya cukup panas. Terlihat tidak mendukung penyimpangan koleksi piringan hitam. Kondisi ini jika tidak dibenahi akan berakibat pada kerusakan koleksi yang disimpan di sini.

Namun tak perlu menunggu lama, kerusakannya dapat langsung terlihat. Sampul piringan hitam sudah dimakan rayap dan menguning. Koleksi-koleksi bersejarah ini seperti terlupakan. Namun Bekti kembali menjelaskan bahwa status Lokananta saat ini tidak jelas. Bahkan untuk kegiatan operasional hariannya, para pegawai Lokananta bergantung dari penjualan kaset dan CD.

Destinasi selanjutnya, berpindah dari ruang penyimpanan koleksi menuju studio rekaman. Memasuki studio, saya disambut dengan pemandangan alat-alat rekaman yang masih bertahan dari dulu. Di balik kaca, studio rekamannya hampir sebesar lapangan futsal. Sangat luas jika dibandingkan studio kebanyakan yang saya temui.

Grup musik White Shoes and The Couples Company pada November tahun 2012 lalu pernah rekaman di sini untuk mini album "White Shoes & The Couples Company Menyanyikan Lagu2 Daerah". Bahkan pesta rilis album White Shoes & The Couples Company “Menyanyikan Lagu2 Daerah” juga dilakukan di Lokananta pada tanggal 30 April 2014 lalu.

"Kami memilih merekam di Lokananta karena Lokananta menyimpan nilai sejarah. Lokananta-lah yang dulu merilis lagu-lagu daerah," kata Rio, salah satu personil White Shoes and The Couples Company, kala itu.

Selain White Shoes and The Couples Company, grup band Pandai Besi juga menorehkan sejarah di Lokananta. Jika diibaratkan sebuah kisah dongeng, rekaman live di Lokananta menandakan Pandai Besi melakukan satu perjalanan historis memasuki lorong waktu. Mereka menempa kembali besi-besinya, mencetak karya tepat di sebuah tempat yang konon pada masanya banyak melahirkan ksatria bertalenta, seperti yang dikutip dari situs www.efekrumahkaca.net.

Selain itu tak ketinggalan, musisi Gleen Fredly and The Bakucakar juga pernah konser live di Lokananta. Grup-grup band tersebut ikut turut serta menyebarkan semangat untuk kaum muda agar mengenal Lokananta.

Di ruang studio rekaman Lokananta, Band White Shoes & Couples Company dan Pandai Besi menelurkan karya melalui alat-alat yang telah legendaris dari awal mulai berdirinya perusahaan ini.

Di studio rekaman terdapat satu benda yang sangat langka di dunia. Benda itu adalah speaker bermerek JBL yang hanya ada satu-satunya di dunia saat ini. Selain itu juga peralatan rekamannya berkelas dunia. Bekti menuturkan bahwa speaker tersebut hanya ada dua di dunia, yaitu di Lokananta Solo dan di studio BBC.

Selain itu, kualitas rekaman di Lokananta bahkan setingkat lebih bagus daripada studio Abbey Road di London, Inggris. Speaker buatan perusahaan audio milik James Bullough Lancing yang ada di Lokananta, tinggal satu-satunya di dunia.

Waktu kunjung

Untuk mengunjungi Lokananta, cukup datang pada hari dan jam kerja. Kunjungan dapat dilakukan pada hari Senin hingga Jumat pada jam 08.00 WIB sampai 16.00 WIB. Tak perlu mengeluarkan biaya untuk dapat mengunjungi perusahaan rekaman yang ini. Jika ingin datang secara rombongan, Anda dapat membuat surat permohonan kunjungan terlebih dahulu dan dikirimkan ke pengelola Lokanta.

Kunjungan bagai menembus lorong waktu ini, akhirnya berakhir. Matahari terasa terik. Namun jangan lupa untuk berfoto dengan lokasi yang sangat bersejarah ini. Di depan, pintu masuk, lensa kamera merekam tempat sejarah musik Indonesia lahir. Hingga pada akhirnya saya meninggalkan kawasan spektakuler yang serasa hidup segan mati pun tak mau.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com