Pasca Agresi Militer Belanda di Yogyakarta tahun 1949, Presiden Soekarno (Bung Karno) dan Wapres Mohammad Hatta (Bung Hatta) dan para tokoh lainnya diterbangkan ke Muntok dengan alasan supaya terisolir dari pergaulan dunia internasional.
Dari Pangkalpinang, ibu kota Provinsi Bangka Belitung menuju Muntok butuh waktu sekitar 3 jam dengan untuk jarak 138 kilometer. Cuma sepanjang perjalanan menuju Muntok, tidak banyak tempat-tempat menarik yang dilalui. Meskipun jalan terbilang mulus, untuk menuju kota di ujung barat Pulau Bangka ini tak banyak melewati tempat-tempat wisata, terutama untuk melepas lelah atau mencicipi makanan tradisional setempat.
Sekitar tahun 1724-1725, Sultan Mahmud Badaruddin I memerintahkan kepada istri dan para petinggi kesultanan untuk berangkat dan melihat serta memastikan lokasi yang akan dipilih untuk tempat tinggal keluarga dari Siantan, salah satu negeri di bawah kekuasaan Kesultanan Johor.
Kemudian mereka berangkat dari Palembang menuju Pulau Bangka. Setelah pelayaran sampai di perairan luar Sungsang, dari kejauhan Ratu melihat sebuah daratan yang merupakan bagian dari Pulau Bangka. Semakin dekat daratan yang dituju, ternyata daratan tersebut adalah sebuah tanjung. Maka Ratu berujar dalam bahasa Melayu Siantan, "Daratan Entoklah" atau "A Muntok jadilah" (kalau itu jadi) sambil menunjuk ke arah daratan tersebut.
Maksud dari ucapan ini bahwa daratan yang di depan adalah tempat yang layak untuk kediaman keluarga dari Siantan. Ucapan Ratu tersebut selanjutnya menjadi cikal bakal pertama penamaan Muntok. Kata "entok" dalam dialek Melayu Siantan tersebut artinya "itulah". Setelah itu Sultan pun memerintahkan Wan Akub serta keluarga dari Siantan untuk mendirikan tempat tinggal di daerah tersebut.
Berikut tiga destinasi wisata di Muntok yang sarat dengan sejarah perjalanan bangsa.
1. Pesanggrahan Menumbing
Pesanggrahan Menumbing merupakan destinasi wajib dikunjungi para pelancong. Jaraknya 12 kilometer dari kota Muntok. Pasalnya, di tempat dengan ketinggian 445 meter di atas permukaan laut (mdpl) inilah para tokoh kemerdekaan, Bung Karno dan Bung Hatta diasingkan Belanda pasca Agresi Militer Belanda di Yogyakarta. Mereka diasingkan ke Muntok untuk membatasi pergaulan para tokoh ini dengan dunia internasional. Selain Bung Karno dan Bung Hatta, para tokoh yang turut diasingkan ke Muntok adalah A Gafar Pringgodigdo, Ass'aat, Surya Darma, Ali Sastroamidjojo, Moh Roem, dan H Agus Salim.
Penjaga Pesanggrahan Menumbing, Mas Sutejo dengan ramah akan menunjukkan dan menjelaskan secara detil ruang-ruang bangunan yang dibangun tahun 1928 itu kepada wisatawan yang datang. Setelah memasuki ruang tamu, wisatawan akan melewati sebuah aula. Dulunya aula ini merupakan penjara untuk para tokoh republik sebelum dialihfungsikan sebagai tempat sidang tentara Belanda.
Setelah tanggal 5 Juli 1949 diumumkan pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta, maka tanggal 6 Juli 1949, Bung Karno dan Bung Hatta serta para tokoh nasional itu diterbangkan ke Yogyakarta.
2. Museum Timah
Banka Tin Winning (BTW) merupakan Kantor Pertambangan Timah Bangka pada zaman Belanda ini didirikan pada tahun 1915. Awalnya gedung ini bernama Hoofbureau Banka Tinwinning Bedriff yang juga sekaligus sebagai pusat pemerintahan (residen) Belanda di Pulau Bangka.
Museum Timah ada dua di Indonesia, yakni di Pangkalpinang dan di Muntok. Museum Timah di Jalan Jenderal Soedirman Muntok merupakan salah satu aset dari PT Timah ini terdiri dari dua lantai. Lantai pertama diisi dengan berbagai macam galeri pertimahan. Sedangkan lantai dua merupakan ruang perpustakaan, kantor, auditorium dan lain-lain.
Saat berlayar tanggal 14 Februari 1942 kapal tersebut dibom pesawat tentara Jepang di perairan Selat Bangka yakni di Pantai Radji, kawasan Tanjung Kelian. Akibatnya 12 perawat hilang dan 22 lainnya berhasil mencapai pantai utara Pulau Bangka dengan naik sekoci dan sebagian lagi berenang. Saat mendarat di pantai, mereka ditawan tentara Jepang. Tanggal 16 Februari 1942 mereka dibawa ke pantai dan ditembak.
Suster Vivian selamat karena pura-pura tewas dengan menjatuhkan diri di antara teman-temannya yang telah tertembak. Dari 65 perawat tersebut, 24 perawat, termasuk Vivian yang selamat dan kembali ke Australia setelah Perang Dunia II usai. Tanggal 2 Maret 1993, Vivian mengunjungi Muntok untuk meresmikan monumen di Tanjung Kelian atas nama Pemerintah Australia.
3. Pesanggrahan Muntok
Pesanggrahan Muntok dikenal dengan Wisma Ranggam. Pesanggrahan Muntok dibangun tahun 1827 oleh Banka Tin Winning (BTW), sebuah perusahaan tambang timah pada masa kolonial Belanda yang dijadikan sebagai tempat peristirahatan karyawan perusahaan timah tersebut.
Tempat ini merupakan lokasi serah terima Surat Kuasa Kembalinya Pemerintahan RI ke Yogyakarta dari Ir Soekarno kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada Juni 1949. Surat kuasa tersebut di konsep oleh Bung Hatta di Pesanggrahan Menumbing dan diketik oleh Abdul Gafar Pringgodigdo.
Jauh sebelum masa itu, pesanggrahan ini adalah tempat pengasingan seorang bangsawan dari tanah Jawa yaitu Pangeran Ario Pakuningprang oleh Belanda pada bulan Februari 1897. Pangeran Ario adalah cucu dari Sri Pangeran Paku Alam II dari Kesultanan Yogyakarta yang diasingkan Belanda karena menolak memerangi Aceh dan malah berbalik menyerang pasukan Belanda. Selamat berpelesir ke Muntok...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.