Bandeng-bandeng yang dijual di luar arena pelelangan pun umumnya sekitar sebesar sekilo seekor. Selayaknya situasi di pasar tradisi, pedagang bebas menawarkan bandeng, dan pembeli yang terbiasa belanja di swalayan dibuat bingung oleh beragam harga yang bervariasi.
Meski hakikatnya pasar rakyat yang berkonotasi untuk kaum jelata, festival pasar bandeng diminati kaum berduit karena faktor bandengnya. Orang-orang yang berkampung halaman di Gresik yang sukses maupun yang gagal yang hidup di perantauan berjuang untuk mudik bukan sekadar silaturahmi saat Lebaran dengan sanak saudara, tapi juga untuk mengunjungi keramaian pasar bandeng.
Tentu yang paling melimpah hadir di pasar bandeng adalah kaum jelata. Di saat itulah mereka mempersiapkan Lebaran dengan memberi segala macam keperluan seperti sandang dan mainan.
Busana yang dijual kebanyakan bermerek internasional, namun berkualitas imitasi. Segala macam merek jetset tapi dengan kualitas abalabal diperdagangkan di sana. beragam mainan tradisional juga tak ketinggalan. Namun, ketika anak-anak mulai gemar dengan gawai untuk menghibur diri dengan segala rupa permainan daring, mainan tradisional itu tak lagi diperdagangkan dalam jumlah besar seperti tiga dasawarsa silam.
Topeng kardus berbentuk kepala singa, topi pasukan romawi dengan pedang kayu menjadi mainan paling disukasi dan laring di masa tiga dekade silam.
Mungkin suatu saat nanti mainan itu akan terkubur oleh zaman yang kian canggih. Namun, diperkirakan pasar bandeng akan tetap bertahan, setidaknya sampai orang-orang Gresik merasa perlu melanggengkan kreasi penyebar iman yang kini mereka peluk dengan segala rasa hormat dan takzim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.