Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kue Maksuba dan Punggawa Dapur Lebaran

Kompas.com - 22/07/2015, 19:04 WIB
Dulu, ibu-ibu rumah tangga Palembang menghabiskan hari-hari terakhir di bulan puasa untuk memasak kue-kue itu sendiri di rumah masing-masing. Saat ini, sebagian besar keluarga membelinya.

Pada masa lalu, memasak maksuba lebih merepotkan lagi karena belum ada oven modern. Dulu, mereka menggunakan panggangan tradisional berbentuk bulat yang disebut gendok. Bahan bakar oven ini bisa arang atau kayu. Saat ini, proses memanggang jauh lebih praktis dengan oven modern berbahan bakar gas.

Menurut Nyayu Helen Kurnia, sejarah maksuba dan kue delapan jam tak benar-benar diketahui. Kisah yang beredar mengatakan, maksuba berasal dari Mak Zubaedah yang memasak kue dengan bahan-bahan seadanya. ”Dia itu sembarangan membuatnya, namun ternyata jadinya enak. Entah benar atau tidak cerita ini,” kata Helen, yang telah empat tahun menjalankan usaha rumahan kue-kue dan pempek.

Lain lagi dengan kue delapan jam, kue itu disebut turunan maksuba. Konon, seorang bapak merasa kesal karena anaknya merengek meminta maksuba. Maka, ia menumpahkan adonan maksuba tanpa dibuat berlapis-lapis dan dikukus begitu saja. Ternyata, setelah lama terkukus, kue yang jadi itu pun lezat rasanya.

Maksuba dan kue delapan jam itu kini menjadi simbol manis dan legitnya silaturahim di Hari Raya. (Irene Sarwindaningrum)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com