Pada masa lalu, memasak maksuba lebih merepotkan lagi karena belum ada oven modern. Dulu, mereka menggunakan panggangan tradisional berbentuk bulat yang disebut gendok. Bahan bakar oven ini bisa arang atau kayu. Saat ini, proses memanggang jauh lebih praktis dengan oven modern berbahan bakar gas.
Menurut Nyayu Helen Kurnia, sejarah maksuba dan kue delapan jam tak benar-benar diketahui. Kisah yang beredar mengatakan, maksuba berasal dari Mak Zubaedah yang memasak kue dengan bahan-bahan seadanya. ”Dia itu sembarangan membuatnya, namun ternyata jadinya enak. Entah benar atau tidak cerita ini,” kata Helen, yang telah empat tahun menjalankan usaha rumahan kue-kue dan pempek.
Lain lagi dengan kue delapan jam, kue itu disebut turunan maksuba. Konon, seorang bapak merasa kesal karena anaknya merengek meminta maksuba. Maka, ia menumpahkan adonan maksuba tanpa dibuat berlapis-lapis dan dikukus begitu saja. Ternyata, setelah lama terkukus, kue yang jadi itu pun lezat rasanya.
Maksuba dan kue delapan jam itu kini menjadi simbol manis dan legitnya silaturahim di Hari Raya. (Irene Sarwindaningrum)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.