Deretan bangunan di sekitar mercusuar bukan dibangun pada masa kolonial atau saat menara tersebut didirikan. Rumah-rumah dibangun pada masa mercusuar dalam penguasaan Indonesia.
Struktur peninggalan kolonial selain menara adalah dinding dan lantai sekeliling bangunan dari bata persegi panjang yang penulis rasakan sangat kukuh. Selain itu, gerbang depan dan belakang dari baja yang tebal dan berat.
Berkarat
Yang disayangkan, sekujur menara itu berkarat. Joko sendiri tidak tahu kapan terakhir kali menara tersebut dicat atau diperbaiki. Joko sempat mengecat dinding luar bagian bawah mercusuar.
”Kompleks saya sapu, tanaman dirawat, menara dibersihkan dan dicek, untuk rutinitas sekaligus membunuh sepi dan bosan,” kata Joko.
Untuk mencapai bagian atas, pengunjung harus melewati 210 anak tangga. Anak tangga dan pegangan dari baja sudah berkarat dan banyak yang keropos. Ada beberapa anak tangga yang hilang akibat rusak sehingga terpaksa diganti dengan papan yang diikat atau seadanya. Anak tangga dari papan bisa patah jika diinjak.
Mencapai bagian atas menara merupakan perjuangan cukup berat dan menciutkan nyali, terutama bagi yang takut tinggi dan ruang gelap. Namun, jika sudah berada di teras atas, melihat ke segala penjuru mungkin akan menjadi salah satu pemandangan terbaik yang pernah dirasakan dalam hidup.
Ketua Rukun Warga 003 (Pulau Sebira) Hartuti mengatakan, penjaga mercusuar adalah penghuni pertama pulau. Saat ini pulau itu dihuni kurang dari 600 jiwa dan terdiri atas empat rukun tetangga.
Warga adalah pendatang, mayoritas keturunan Bugis Bone yang pada awalnya menetap di pulau-pulau di Kepulauan Seribu. Mereka kemudian pindah karena tanah mereka dijual ke pengusaha resor. ”Dulu, kami minta izin tinggal sementara di pulau ini ke penjaga mercusuar,” kata Hartuti. Migrasi warga ke Sebira, menurut Hartuti, terjadi sejak 1976, secara bertahap.