Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dicium Pengikut Prabu Siliwangi hingga “Ditodong” Penjaga Mata Air di Cibulan

Kompas.com - 22/12/2015, 10:05 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Ketujuh sumur itu terletak hanya sepelemparan batu dari kolam-kolam ikan dewa. Untuk masuk ke dalam wilayah tujuh mata air itu, pengunjung diminta memasukkan uang sekadarnya ke dalam kotak yang sudah disediakan.

Di dalam, Badra menunjukkan jalan ke arah ketujuh sumur tersebut. Ternyata dari pintu masuk jaraknya tak jauh dan ketujuh mata air itu terletak sangat berdekatan.

Penasaran, saya kemudian mencoba salah satu mata air yaitu Sumur Kejayaan. Badra menyuruh saya untuk membasuh wajah sebanyak tiga kali sambil mendoakan sebuah permohonan.

Mengikuti anjuran Badra, saya membasuh wajah sebanyak tiga kali. Setelah membasuh wajah, saya kemudian meninggalkan Sumur Kejayaan. Namun, saat saya melangkah terdengar suara memanggil.

“Pak sumbangannya, sukarela,” kata seorang pemuda yang duduk di depan mata air menjaga sebuah kotak amal.

Merasa sungkan, akhirnya saya memasukkan uang ke dalam kotak tersebut.Kemudian saya baru sadar bahwa di setiap mata air ada seorang penjaga lengkap dengan kotak amalnya.

Tak hanya itu, seorang pria yang bukan pemandu kami, tiba-tiba menyorongkan sebuah jeriken berukuran lima liter berisi air dari ketujuh mata air tersebut.

“Pak, ini air dari tujuh sumur. Hanya Rp 15.000,” ujar pria itu dan saya pun menolak tawarannya sehalus mungkin.

Masih di dekat ketujuh sumur itu, terdapat tempat yang diyakini sebagai petilasan atau tempat bertapa Prabu Siliwangi.

Tempat itu juga ramai dikunjungi warga yang menyampaikan permohonannya lewat seorang juru kunci. Tentu saja, jasa sang juru kunci tidak gratis. Pengunjung harus menyisipkan uang sukarela untuk setiap doa yang dipanjatkan.

Tidak nyaman      

     

Suasana sejuk dan asri di pemandian Cibulan, tercemari dengan aksi “penodongan” yang dilakukan para pemuda penjaga mata air.

“Menang jadi tidak nyaman. Pengunjung seakan dipaksa untuk membayar lebih. Padahal di pintu masuk sudah membayar tiket,” kata Mustaqim.

Mustaqim menambahkan, pengunjung sudah memasukkan uang sukarela saat masuk ke dalam wilayah tujuh mata air. Lalu di setiap mata air masih harus membayar uang sukarela, maka pengunjung cukup dalam merogoh koceknya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com